Naik apa?
Saya dipersilakan pakai kendaraan sendiri. Tidak perlu pakai bus khusus. Tidak ada kendaraan khusus seperti itu.
Maka saya pilih naik taksi.
Saya pun bertanya: kenapa enggak bareng dengan penumpang lain untuk hotel yang sama?
Kata mereka, risiko penularan di bus lebih besar. Ini menarik hati saya. Bahwa mereka menganggap penularan dalam mobil besar lebih berbahaya dari di pesawat dan di bandara.
Di Dubai kita bebas makan, minum, meeting, selama kita menggunakan masker dan tidak bergerombol .
Alhamdulillah hasil pertemuan berjalan dengan baik. Di pertemuan itu saya akhirnya bisa meyakinkan mereka: agar mau datang ke Indonesia. Akhir mereka mau, akhir bulan November ini.
Pulanglah saya ke Indonesia. Dalam perjalanan pulang saya mendengar berita ini: bahwa karantina cukup 3 hari bila telah vaksin dua kali. Kami sangat bahagia. Kami semua. Investor pasti senang dengan berita itu.
Tibalah saya di Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
1. Kami digiring ke tempat pendaftaran PCR yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
2. Berkas pendaftaran dicek di meja satgas KKP
3. Kemudian kami dites PCR.
4. Setelah PCR, ada pengecekan kembali oleh Satgas.
5. Kami menuju imigrasi seperti biasa, stempel paspor.
6. Kami ambil koper.
7. Kami harus menunggu hasil PCR 3 jam lamanya.