Sukirman Vijei

Minggu 07-11-2021,04:40 WIB

Bak asam dari gedung bertingkat dan garam dari kolam renang, mereka bertemu di belanga Universitas Indonesia.

"Tidak ada jalan lain. Harus transplantasi hati," ujar dokter yang memeriksanya, seperti dikatakannya kepada saya kemarin.

Sang istri langsung ambil putusan: akan menyerahkan separuh hatinyi untuk suaminyi. Masalahnya, golongan darah sang istri O. Sang suami AB.

Tapi, yang seperti itu sekarang tidak masalah: darah O memang lebih dermawan daripada Akidi –ups, dari jenis darah lainnya. Darah O bisa ke mana-mana, tapi tidak bisa menerima dari mana-mana. Itulah juga saya, dan sebagian Anda.

Pasangan ini sudah mencoba ke Singapura. Bukan untuk berobat. Hanya karena dekat –mereka tinggal di Batam. Jarak Batam ke Singapura hanya sepelempar batu –kalau yang melemparkan gabungan semua pengusaha PCR.

Tujuan mereka ke Singapura bukan untuk transplan. Itu tidak mungkin. Mahal sekali. ”Kami ini dokter biasa. Memang spesialis, tapi hanya cukup untuk hidup,” ujar sang istri.

Dari Singapuralah mereka tahu: di negara mana biaya transplan hati yang paling murah. India. Mereka belum mendengar kalau di Iran juga mampu dan murah (Disway: Ganti Hati di Iran).

”India?” Itulah pertanyaan spontan yang mereka ucapkan kepada dokter Singapura.

Maknanya: India identik dengan kemiskinan, kotor, dan belum masuk peta ingatan untuk urusan transplantasi hati. Justru transplan mata yang mereka tahu: India sudah jago.

Dokter Singapura meyakinkan pasangan tersebut: memang rumah sakit di India itu sederhana, tapi kemampuan dokternya bisa diandalkan.

Mereka pun ke New Delhi. Mengontrak rumah di dekat RS ILBS (Institute of Liver and Biliary Sciences).

Lebih hemat. Daripada langsung ngamar di RS. Yang penting tiap hari bisa ke RS untuk pemeriksaan. Cukup jalan kaki.

Sukirman pun tiap hari diambil darahnya. Tidak takut lagi. Atau terpaksa. ”Rumah sakitnya memang sederhana. Kamar operasinya juga kecil. Tapi, alatnya lengkap,” ujar sang istri, yang di sana dipanggil dengan nama Vijei. Namanyi sendiri: Hafizah.

Intinya: transplan berjalan lancar.

”Seberapa banyak hati Anda dipotong untuk suami?” tanya saya.

”60 persen,” jawab Vijei. Setelah hati Vijei diambil 60 persen itu, hari kedua sudah disuruh latihan duduk. Hari ketiga latihan jalan. Dalam tiga bulan hati Vijei yang tinggal 40 persen itu sudah kembali utuh.

Tags :
Kategori :

Terkait