Di Brebes, 25 Desa Jadi Sasaran Intervensi Stunting

Kamis 28-10-2021,13:46 WIB

Sedikitnya, ada 25 desa di Kabupaten Brebes menjadi sasaran intervensi kasus stunting. Intervensi tersebut dilaksanakan oleh lima pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di lima kecamatan berbeda. 

Lima layanan pusat kesehatan masyarakat itu yakni Puskesmas Sitanggal Kecamatan Larangan, Puskesmas Jagalempeni-Wanasari, Puskesmas Siwuluh-Bulakamba. Kemudian, Puskesmas Tanjung Kecamatan Tanjung, dan Puskesmas Kaliwadas-Bumiayu. 

Plt Kepala Dinkes Brebes dr Sri Gunadi Parwoko melalui Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Nurul Aeny mengatakan, target desa intervensi stunting tersebut, menjadi program kolaboratif Dinkes Provinsi Jateng menggandeng Poltekkes Kemenkes. Termasuk, melibatkan peran aktif, petugas puskesmas, ahli gizi, kader kesehatan di Dinas Kesehatan Brebes. 

"Kolaborasi lintas sektoral dalam penanganan stunting dikombinasikan bagi balita yang berpotensi tertular TBC. Fokusnya, di 25 desa kasus stunting terbanyak akibat kontak erat dengan penderita TBC," ujarnya. 

Dijelaskannya, lima layanan pusat kesehatan masyarakat itu nantinya mengakomodir beberapa desa. Di antaranya, Puskesmas Jagalempeni, mengakomodir Desa Tegalgandu, Jagalempeni, Glonggong, Tanjungsari, dan Dukuhwringin. Kemudian, Puskesmas Sitanggal meliputi Desa Sitanggal, Rengaspendawa, Siandong, Luwunggede dan Slatri. 

Selain dua puskesmas tersebut, lanjut Aeny, program serupa juga digelar di Puskesmas Siwuluh. Sasarannya, Desa Petunjungan, Banjaratma, Siwuluh, Luwungragi dan Bangsri. 

Kemudian, Puskesmas Tanjung meliputi Desa Sengon, Krakahan, Pengaradan, Tanjung dan Lemah Abang. Terakhir, Puskesmas Kaliwadas mencakup Desa Pruwatan, Kaliwadas, Kalisumur  Kalilangkap dan Kalinusu. 

"Integrasi penguatan program penanggulangan TBC dan perbaikan gizi menjadi target pemerintah, dalam menekan kasus stunting dan kurang gizi," jelasnya. 

Sementara itu, narasumber dari Kemenkes yang memberikan materi melalui virtual menambahkan, pentingnya integrasi penanggulangan stunting dan TBC sudah menjadi komitmen global Indonesia. Yakni, eliminasi TBC pada 2030 mendatang. Khususnya, menekan faktor risiko TBC pada balita dan keluarga. Pemicunya, asupan gizi yang tidak adekuat, status gizi balita, yankes yang belum memadai seperti cakupan imunisasi dan tumbuh kembang. 

"Termasuk, perilaku tidak sehat misalnya merokok dan tidak PHBS serta lingkungan pemukiman tidak sehat. Sehingga, melalui asupan gizi seimbang balita kurang gizi bisa ditangani," tegasnya. (ded/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait