Seluruh rektor dan jajarannya diminta mendidik mahasiswanya secara utuh. Mahasiswa yang dididik tentang kebangsaan di dalam kampus, justru terpapar paham radikal di luar kampus.
"Tugas universitas adalah mencetak, melahirkan mahasiswa yang unggul dan utuh. Sehat jasmani, sehat rohani, budi pekertinya. Baik sisi kebangsaannya," tegas Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Kota Surakarta, Senin (13/9) kemarin, melalui tayangan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (14/9).
Kepala negara menyadari hal itu bukan tugas yang ringan. Para rektor diminta memperhatikan pendidikan mahasiswa di luar kampus.
"Hati-hati mengenai ini. Juga menjadi tugas para rektor dan jajarannya yang berkaitan yang di luar kampus. Artinya, di luar kampus pun menjadi tugas rektor dan seluruh jajarannya," jelas Jokowi.
Presiden Jokowi ingin mahasiswa tetap menerapkan nilai-nilai Pancasila di luar kampus. "Di dalam kampus dididik mengenai budi pekerti. Tapi, di luar kampus nggak ada yang mendidik. Jadi pecandu narkoba. Untuk apa kalau nggak bisa menjangkau ke sana. Di luar kampus ada yang mendidik mahasiswa jadi ekstremis garis keras. Jadi radikalis garis keras, untuk apa?" imbuh Jokowi.
Dia meminta urusan-urusan kecil diperhatikan. Misalnya urusan makan mahasiswa, Jokowi meminta hal itu dicek betul.
Sementara itu, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri langsung merespon warning atau peringatan pemerintah Jepang terhadap warganya. Jepang meminta warganya di Asia Tenggara untuk menjauhi tempat ibadah.
Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabag Banops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan pihaknya telah mengantisipasi segala bentuk ancaman terror di Indonesia.
Densus 88 Antiteror Polri selalu siap dan selalu siaga memonitor gerakan-gerakan jaringan teroris di wilayah Indonesia, termasuk regional dan internasional.
"Densus 88 tidak pernah berhenti bergerak, baik dalam pencegahan maupun penindakan," jelasnya dikutip laman resmi Polri, Selasa (14/9).
Dikatakannya, Densus 88 Antiteror Polri sejak awal melakukan upaya preemtive strike atau pencegahan terhadap aksi teroris. Demikian pula ketika ada perubahan eskalasi ancaman, Densus akan bertindak. (rh/zul)