Murah (76), perempuan lansia pemulung barang bekas, warga Desa Jatilaba Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal akhirnya mendapatkan bantuan. Selain membantu nenek renta itu, Petugas Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Tegal juga turun tangan membantu memperbaiki kekeliruan data-data yang dimilikinya.
Di antara nomor induk kependudukannya (NIK) di data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Ketidaksesuaian NIK ini menjadi kendala penerimaan bantuan sosial dari pemerintah.
Manajer Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) Dinsos Kabupaten Tegal, Joko Priono membenarkan jika janda lansia yang hidup sebatangkara itu kesulitan mengakses bantuan sosial dari program pemerintah. Padahal, namanya sudah masuk dalam DTKS.
Murah tak kunjung ditetapkan sebagai penerima program bantuan sosial sebab NIK yang terdaftar di DTKS berbeda dengan NIK di kartu tanda penduduk elektroniknya (KTP-el).
“Otomatis sistem akan menolak jika ada ketidaksesuaian ini,” kata Joko, Selasa (7/9) kemarin.
Sebagai langkah awal, pihaknya melalui tim SLRT Trengginas telah melakukan perbaikan DTKS Murah melalui petugas operator data desa dengan mengakses sistem informasi kesejahteraan sosial next generation (SIKS-NG).
“Untuk NIK sudah kita bantu perbaiki dengan menginputnya sesuai KTP-el di SIKS-NG. Tinggal menunggu proses penetapannya dari Pusdatin (Pusat Data dan Informasi) Kemensos,” ujarnya.
Jika perbaikan data ibu Murah sudah ditetapkan masuk dalam DTKS, selanjutnya Kemensos akan menentukan program bansos untuk Murah, apakah Program Keluarga Harapan (PKH), program sembako atau yang lainnya. Sementara Dinsos Kabupaten Tegal tinggal memverifikasinya saja di lapangan.
Meski demikian, Murah sebelumnya sudah mendapat bantuan sosial dari dana desa sebesar Rp300 ribu per bulan yang diterimanya setiap tiga bulan sekali. Bantuan tersebut sudah diterima Murah sejak bulan April 2020.
Murah juga pernah diusulkan pemerintah desa setempat sebagai calon penerima bantuan rehab rumah tidak layak huni (RTLH), namun gagal karena rumah yang ditempatinya bukan milik sendiri.
Joko menambahkan pihaknya bersama tenaga pendamping desa juga telah menyalurkan bantuan sembako dari donasi tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan atau CSR Ikatan Notaris Kabupaten Tegal untuk membantu meringankan kebutuhan sehari-hari Murah.
Ditanya soal salah satu postingan viral Murah yang beredar di media sosial, Joko tidak membenarkan informasi tersebut. Sebab pihaknya telah mengonfirmasi langsung ke Murah yang menyatakan jika dirinya tidak pernah menjadikan air hujan sebagai kuah campuran untuk makan nasi.
Adanya, lanjut Joko, tempat Murah biasa menaruh makanan sering mengalami kebocoran saat hujan. Sehingga jika kebetulan terkena bocoran air hujan yang masuk ke makanan, Murah tetap mengonsumsinya karena merasa eman jika harus dibuang.
Joko mengungkapkan, Murah yang sudah mulai pikun tersebut lupa kapan dirinya diambil foto atau videonya oleh seseorang untuk kemudian disebarkan ke media sosial.
“Saya tidak pernah merasa malu jika tidak punya uang, karena tetangga pasti akan bantu saya,” ungkap Joko.