Sekitar 1986, Kosman menikahi santriwati Nurul Huda. Dari pernikahan itu, dia memiliki dua anak. Belakangan istri Kosman menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi.
”Dia (Kosman) sempat bekerja dengan saya di Mayasari di Jakarta,” tutur Asep.
Menurutnya, Kosman berotak encer meski memang nyeleneh. Setelah kembali ke Cimerak, Kosman membuat kontroversi soal agama dengan pemikirannya yang nyeleneh itu.
Tidak hanya itu, dia juga berganti agama dan menjadi misionaris di desanya. Pada 2003, Kosman diinterogasi oleh masyarakat dan tokoh agama.
“Saat itu diminta hengkang dari Desa Limusgede, setelah diusir,” ucap Asep.
Ternyata Kosman Hijrah ke Banjar.
Menurut Asep, kawannya itu setelah diusir justru mengaku sudah menjadi pengacara.
“Dia juga sempat menghubungi kami, kalau ada masalah atau apa pun, dia siap menolong,” kata Asep.
Pada tahun 2007, Kosman pindah ke Bekasi. Namun, komunikasinya dengan Asep berlanjut.
”Sampai saat ini, dia masih punya tanah di sini yang diurus oleh adiknya,” tutur Asep.
Namun, ada hal selain pemikiran Kosman yang membuat warga curiga.
Menurut Asep, warga yang menggarap kebun milik Kosman diberi upah lebih besar.
”Upahnya biasa Rp80 ribu, jadi Rp100 ribu. (Penggarap) dikasih makanan sama mi instan, takutnya ada tujuan tertentu,” ungkap Asep.
Sebenarnya bukan hanya Kosman yang pernah bermasalah dengan warga Desa Limusgede. Ayahnya pun pernah diusir dari desa itu.
“Dahulu, kan, bapak saya juga jadi kepala desa di sini. Dia juga bercerita bahwa bapaknya (Kosman) itu bermasalah soal meteran listrik dengan masyarakat,” kata Asep.
Lebih lanjut Asep mengatakan bahwa dua anak Kosman kini tinggal terpisah. Satu anak tinggal di Sidareja, Jawa Tengah, sedangkan seorang lagi ikut Kosman.