Di Indonesia, biasanya politik simbol dilakukan oleh politisi yang berdarah Jawa, baik berupa sikap maupun ucapan-ucapan politik mengandung banyak makna.
Terkadang sulit mengartikan politik simbol yang dimainkan oleh aktor politik.
Biasanya politik simbol diberikan karena ketidaksuaian antara kesepakatan atau keputusan yang dianggap kurang tepat atau kompromis.
Bahkan bisa diartikan sebagai bentuk perlawanan secara halus.
Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam mengatakan, kekompakan Prabowo-Puan belakangan ini makin menunjukkan arah koalisi Pilpres 2024.
Arman Salam mengatakan, terkait ketidakhadiran Presiden Jokowi saat pengukuhan Profesor Kehormatan untuk Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dari Unhan, dan bagaimana Prabowo Subianto foto berdampingan dengan Puan Maharani pada acara tersebut, bisa diartikan luas.
Adapun pernyataan Jokowi saat mengucapkan selamat kepada Megawati sekaligus menyanjung ketum PDIP itu sebagai pejuang wong cilik, merupakan sebagai bentuk ungkapan Jokowi bahwa selamat atas anugerah profesor.
“Juga selamat telah mengawinkan (menduetkan) Prabowo dan Puan sebagai yang punya wong cilik atau PDIP,” ujar Arman, Sabtu (12/6).
Arman menambahkan, dari keromantisan PDIP dan Gerindra belakangan dalam aneka pertarungan pilkada di banyak wilayah.
Ditambah momen-momen kebersamaan dua tokoh partai tersebut yaitu Prabowo dan Puan, semakin menunjukkan secara terang benderang arah koalisi Pilpres 2024.
Dan tampaknya penggantinya pun semakin jelas.
“Namun, politik tidak selalu bulat kadang bisa lonjong dalam sekejap tergantung kepentingan dari para pihak yang beririsan,” ucap Arman.
Dikutip dari RMOL, Presiden RI Jokowi tidak menghadiri pengukuhan Profesor Kehormatan kepada Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri, Jumat (11/6).
Pada acara itu, Prabowo-Puan duduk berdampingan di kursi paling depan. Kepala Negara hanya mengirimkan video ucapan selamat.
Video itu diputar setelah sidang senat pemberian Profesor Kehormatan untuk Megawati ditutup.