Wawancara dengan Pengungkap Anggaran Pembelian Senjata Rp1.760 Triliun: Prabowo Menhan yang Harus Saya Jaga

Sabtu 05-06-2021,07:40 WIB

Saya belum mengenal secara dekat dengan beliau. Bagi saya beliau adalah Menhan saya yang harus saya jaga. Tetapi Pak Hasyim (Hashim Djojohadikusumo-adik kandung Prabowo Subianto, Red) adalah kawan dan guru saya olahraga polo berkuda di era saya masih aktif polo berkuda di 1998-an. Kuda kesayangan saya Kambayau pun dititipkan pada beliau waktu itu.

Anda mengatakan pihak Kemhan pernah mengatur waktu untuk bertemu dengan Prabowo Subianto. Tapi, kemudian dibatalkan. Apakah Anda tahu alasan mengapa Kemhan membatalkan pertemuan tersebut?

Terus terang saya pun tidak paham mengapa. Dua kali batal. Termasuk yang di-arranged PT Teknologi Militer Indonesia (PT TMI). Padahal saya menganggap ini sebagai pertemuan diskusi antara akademisi dengan pimpinan Kementerian/Lembaga yang memang biasa. Seperti yang biasa dilakukan Menhan sebelumnya sejak saya aktif di Kemhan pada 2007-an. Tetapi sekarang menjadi berbeda. Mungkin karena lingkaran beliau tidak mampu membedakan ini Kemhan atau partai. Ini Menhan atau Ketum Partai. Coba deh diurut lagi ceritanya sejak awal. Ini kan muncul reaksi dari pihak beliau. Selalu penuh sanggahan, bantahan. Dan maaf, berani bohong pada publik.

Sebagai akademisi serta analis militer dan pertahanan, apakah Anda lebih setuju anggaran Rp1.760 Triliun tersebut untuk membangun alutsista produksi dalam negeri atau impor?

Impor atau buat sendiri itu bisa diukur dari kesiapan industri pertahanan nasional. Namun yang penting bertahap dalam satu waktu di depan. Jika belanja dipush di depan, maka pada 2045 nanti, kita hanya punya koleksi Alutsista yang tidak bisa bergerak untuk latih, tempur dan gelar. Wong garhannya (Anggaran Pertahanan, Red) akan dihabiskan sekitar Rp 70 Triliunan per tahun untuk kewajiban membayar utang Rp 1.760 Triliun. Saya sebagai masyarakat kampus menyambut Civil Society untuk bersama-sama mengawasi Raperpres rawan tersebut. Tujuannya agar dapat direvisi, ditinjau ulang dengan melibatkan intra Kementerian/Lembaga, akademisi serta masyarakat madani.

Postur pertahanan seperti apa yang ideal untuk Indonesia 5 hingga 25 tahun ke depan? Selain itu, ancaman apa yang diprediksi akan terjadi di masa mendatang?

Postur persis itu butuh waktu. Tidak bisa disulap dalam 2 minggu. Namun saya bisa bicara proyeksi secara umum berbasis visi Poros Maritim Dirgantara dan permukaan dunia. Dimana TNI dituntut harus hadir di kedua samudera dan ruang angkasa di atasnya. Dan di tahun 2045 memiliki kemampuan gelar dan tempur Blue Water Navy secara terintegrasi dengan 2 matra lainnya. Ini memenuhi cita-cita Nawacita hadir dan menguasai pertahanan di 2 samudera. (rh/zul/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait