Sahabat D-dimer

Sabtu 29-05-2021,04:00 WIB

Lalu ganti suntikan. Di perut. Sehari dua kali. Dengan suntikan Heparin. Kulit perut saya sampai hitam-hitam memar.

Berhasil. Turun. Sedikit. Lalu, tidak bisa turun lagi.

Dihentikan.

Saya tidak bertanya mengapa suntikan di perut itu dihentikan. Padahal, baru lima hari.

Diganti pil lagi: Xarelto.

Tidak berhasil.

Lalu, Covid saya pun negatif. Saya boleh meninggalkan RS. Apalagi, selama di RS saya juga tidak merasakan keluhan apa-apa. Seperti tidak terkena Covid sama sekali.

Saya pun meninggalkan RS dengan D-dimer tetap tinggi.

Di rumah, saya mencoba bermacam-macam jamu. Dari empon-empon Jawa.

Gagal.

Lalu, jamu Kalimantan.

Gagal.

Seorang teman dari Bima mengalami D-dimer tinggi. Ia minum obat yang membuat D-dimer-nya turun. Saya pun minum obat itu.

Tidak berhasil.

Ternyata teman tadi terlalu cepat memberi info ke saya. Dua hari pertama D-dimer-nya memang turun. Tapi, setelah itu ternyata naik lagi.

Tapi, obat teman itu terus saya minum. Saya sudah bertanya ke dokter: apa kandungan obat tersebut. Saya juga bertanya ke apoteker. Jawabannyi sama: kandungannya persis seperti Plavix.

Tags :
Kategori :

Terkait