Liburan panjang Imlek pasti membuat produktivitas turun. Di sekitar tahun baru Imlek itu sekitar 400 juta orang melakukan perjalanan mudik. Ditambah lagi liburan Cing Bing ketika sebagian besar orang melakukan kunjungan ke kubur orang tua.
Tapi memang tetap menarik dilihat apa yang akan terjadi tiga bulan berikut nanti. Yang jelas Tiongkok sendiri tahun ini sebenarnya hanya akan menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen. Maka kalau pertumbuhan yang terjadi tiga bulan terakhir masih berlanjut lagi betapa meroketnya ekonomi Tiongkok.
IMF sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok 8,4 persen di tahun 2021. Ramalan lembaga ekonomi dunia itu sudah jauh lebih baik dari kenyataan tahun lalu yang minus 6,6 persen.
Belum pernah terjadi dalam sejarah Tiongkok –sejak ekonomi dibuka tahun 1979– mengalami minus 6,6 persen. Bahkan sekadar minus pun belum pernah. Selalu meningkat dengan angka hampir rata-rata 9 persen.
Pun pertumbuhan tiga bulan pertama sebesar 18,3 persen itu: belum pernah terjadi setinggi itu. Dalam sejarah ekonomi Tiongkok sejak 1979.
Kuncinya: mereka lockdown sangat awal. Dengan sebenar-benar lockdown. Lalu melakukan manajemen tracing Covid lewat Apps sangat dini. Melakukan tes Covid berdasar kawasan. Mengatur kedatangan pesawat dari luar negeri hanya di empat kota. Menggiring seluruh penumpang ke tempat karantina dengan bus sejak dari bandara. Menemukan vaksin sangat awal. Lalu memprioritaskan vaksinasi untuk pelayan kesehatan dan mereka yang akan keluar negeri –untuk urusan bisnis.
Maka bisnis jalan terus. Di dalam negeri mereka sudah bangkit sejak pertengahan tahun lalu.
Dengan menceritakan itu saya hanya akan menunjukkan bahwa semangat maju memang seperti itu. Di segala bidang.
Pembukaan jalur darat Tiongkok ke Eropa memang sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu. Tapi hasil nyatanya dipanen dalam masa Covid ini. Kini tiap hari ada rangkaian panjang kereta api dari 34 kota di Tiongkok ke 28 kota di Eropa. Ekspor ke Eropa tidak lagi hanya lewat laut.
Pun ketika terusan Suez ''buntu'' akibat kapal raksasa Ever Given kandas di situ. Tiongkok langsung melihatnya sebagai peluang bisnis: ditawarkanlah kepada Mesir. Untuk membangun kapal tarik baru yang besar. Buatan Tiongkok. Yang tenaganya: 80 ton.
Osama Rabie, CEO otoritas Terusan Suez mengatakan pihaknya sudah setuju membeli kapal tarik sebesar itu dari Tiongkok. Jumlahnya lima buah sekaligus. Yang pertama sudah akan dikirim 14 bulan setelah hari ini. Sisanya 20 bulan dari sekarang.
Lain kali, kalau Ever Given kandas lagi di lokasi yang sama Mesir sudah punya kapal tarik sendiri. Yang terbesar pula: 5 x 80 ton.
Tiongkok sendiri sangat berkepentingan dengan lancarnya Terusan Suez. Ekspornya ke Eropa praktis tergantung pada terusan itu. Yang di sebagian selatan lebarnya hanya 200 meter -padahal panjang kapal Ever Given 400 meter.
Kapal-kapal sebesar Ever Given akan kian banyak di masa depan –untuk menurunkan ongkos kirim. Kian besar kapal, kian murah ongkos kirim per kg.
Negara yang punya barang sebanyak yang bisa memenuhi kapal sebesar Ever Given mana lagi kalau bukan Tiongkok. Ever Given sendiri hari itu berangkat dari Shenzhen, Tiongkok. Lalu mampir Tanjung Pelepas di Malaysia. Dengan tujuan akhir Amsterdam.
Kini kapal itu ditahan oleh Mesir di Danau Pahit –di pertengahan Terusan Suez. Kalau pemilik kapal sudah mau membayar Rp 14 triliun barulah kapal dilepas. Itu sebagai biaya mengambangkannya, mengganti hilangnya pendapatan Suez selama 1 minggu, dan rusaknya nama baik Mesir.