Ratri 02 dan 02

Rabu 07-04-2021,05:00 WIB

Waktu itu Ratri dan adiknya memang sempat menjadi bahan gosip tidak habis-habisnya. Mereka dituduh sebagai pembawa Covid ke Indonesia. Mereka digambarkan sebagai wanita pecandu dansa-dansi. Pun malam itu mereka digambarkan menghadiri pesta dansa. Lalu tertular Covid dari orang Jepang. Bahkan ada medsos yang menggambarkan Ratri itu penari telanjang.

Dia juga di-hoax-kan bahwa hari itu pacarnyi dari Jepang lagi ke Jakarta.

Keluarga Maria memang keluarga penari, tapi penari sebagai seni. Penari serius. Mulai tari Jawa, Bali, sampai tari modern.

Pun soal orang Jepang yang dikatakan pacar itu ternyata seorang wanita. Bukan pula teman. Mereka hanya kenal sebagai sesama pencinta tari Salsa.

Saya pun menghubungi Ratri kemarin. Untuk bisa mendapat gambaran lebih detail. Hari itu, Maret 2020, pencinta Salsa lagi kumpul di Jakarta. Di Menteng. Wanita Jepang yang datang ke Jakarta itu adalah guru Salsa. Yang tinggalnya di Malaysia.

Seminggu setelah meninggalkan Jakarta, ''teman Jepang'' itu dinyatakan positif Covid. Waktu itu belum ada Covid di Indonesia –secara resmi. Pencinta Salsa di Malaysialah yang menghubungi komunitas Salsa di Jakarta. Agar yang ber-Salsa di Menteng malam itu memeriksakan diri.

Adik Ratri dinyatakan positif. Demikian juga Ratri. Lalu ibu mereka, Maria.

Ratri sendiri kebetulan belum lagi sebulan pulang ke Jakarta. Sebenarnya Ratri sudah bekerja di Wina, Austria. Sebelum itu Ratri tinggal di Los Angeles. Kerja di sana. Tapi visa kerja Ratri tidak bisa berlanjut di saat Donald Trump menjadi presiden Amerika.

Ratri memang kuliah di Los Angeles. Dia menamatkan S-2 di sana: dengan gelar master di bidang kesenian dan produser pertunjukan seni.

Sebenarnya S-1 Ratri di ilmu hubungan internasional –dari Universitas Parahyangan, Bandung. Tapi keluarga ini benar-benar keluarga seniman. Maria menurunkan jiwa seni penuh ke ketiga anaknyi. Yang pertama, laki-laki, kini di Bali: Bhismo Wrhaspati. Seorang musisi. Grup musiknya bernama KunoKini.

Ratri dan adiknya mewarisi bakat tari ibu mereka. Ketika sang ibu mendirikan sanggar tari di rumah besar itu, Ratri dan sang adik ikut menjadi guru tari. Sang adik, Sita Tyasutami, jadi guru tari Jawa.

Ketiga anak itu sekolah dasar sampai menengah di Kanada –ikut ibu mereka yang mendapat beasiswa S-2 di sana. Sang ibu tetap mengasuh tiga anak itu ketika berpisah dengan sang suami - -yang bekerja di perusahaan konstruksi.

Dari cerita Ratri itu saya bisa membayangkan betapa tertekan ibu dan tiga anak itu saat dinyatakan sebagai pasien Covid No.1, 2, dan 3 di Indonesia. Apalagi diiringi berbagai gosip hoax yang jauh dari api.

Yang bisa membalikkan nama baik mereka adalah ini: Ratri menjadi orang dari golongan pertama yang mendonorkan plasma konvalesen. Maria sebenarnya juga mau. Tapi umurnyi di luar syarat yang diizinkan jadi pendonor.

Ratri pun tercatat sebagai pendonor No. 02 plasma konvalesen di Indonesia. Seperti dipaskan saja: pasien Covid No. 02 menjadi pendonor konvalesen No. 02.

Setelah itu Ratri didatangi banyak orang: diminta jadi pendonor untuk pasien-pasien berikutnya. "Terutama di saat banyak tokoh agama tertentu banyak yang terkena Covid," ujarnyi.

Tags :
Kategori :

Terkait