Setiap Hari, Ibu di Pemalang Harus Tempuh 31 Kilometer Antar Anaknya Sekolah Berkebutuhan Khusus

Kamis 18-03-2021,15:59 WIB

Ariyanti (32), menaruh harapan besar untuk masa depan buah hatinya, Citra Kirana (10), yang dilahirkan berkebutuhan khusus. 

Demi mewujudkan mimpinya itu, warga Desa Kalimas Kecamatan Randudongkal Pemalang ini harus menempuh 31 km untuk mengantar anaknya bersekolah di SLB Pemalang.

Citra Kirana divonis Cerebral Palsy (CP) atau kerusakan pada jaringan otak. Kondisi ini membuat sistem motorik tubuhnya terkendala. 

Di usianya yang kini menginjak 10 tahun, bocah perempuan itu pun tak selincah anak seumurannya karena masih mengandalkan kursi roda untuk berjalan. Bahkan sekedar menyebut nama ibunya saja dia masih kesusahan.

"Kirana sekarang kelas 3 di SLB 1 Pemalang, di kelas D (Daksa)," kata mamah muda ini saat ditemui radartegal.com di rumahnya, Kamis (18/3).

Ariyani bercerita, setiap pukul 06.30, dia biasanya mengantar Kirana dengan sepeda motor tuanya sampai di Bantarbolang. Karena kondisi anaknya itu, dia harus memboncengkannya di bagian depan sembari badannya diikat selendang. 

Sampai di Bantarbolang, dia akan menitipkan sepeda motornya dan melanjutkan perjalanan ke Sirandu Kecamatan Pemalang dengan naik bus. Dari Sirandu, dia menggendong Kirana berjalan kaki sampai ke sekolahnya.

"Saya ingin sekali anak saya bisa memiliki keterampilan walaupun berkebutuhan khusus, karena suatu saat pasti saya meninggal dan dia akan menjalani hidup ini sendirian," ujar Ariyani. 

Dia pun terut haru saat Kirana mendapatkan juara swafoto terbaik di sekolahnya. Saat ini, karena sekolahnya belum dibuka karena pandemi, dia terus memandu mengajarkan Kirana lewat daring. Dengan telaten pula dia tidak bosan melakukan terapi motorik dengan menggerakkan-gerakan tangan dan kaki Kirana, serta memijat mulutnya agar kondisi anaknya membaik.

Ariyani terpaksa membesarkan buah hatinya seorang diri karena suaminya kabur begitu mengetahui anak yang dilahirkannya berkebutuhan khusus. 

Aryani kini baru bekerja dua minggu di pabrik garmen dengan upah Rp30 perhari. Sebelumnya, dia bekerja serabutan untuk membesarkan Kirana dan bahkan terkadang harus mengandalkan nafkah dari ayahnya atau kakek Kirana yang berprofesi sebagai pengayuh becak di Bekasi. 

"Saya pernah mencoba menghubungi bapak Kirana, tapi nomer saya langsung diblokir," katanya. 

Kepala Desa Kalimas Mujiono mengatakan, Ariyani dan Kirana termasuk kategori keluarga yang kurang mampu. Namun dia sendiri mengaku kagum dengan kegigihan Ariyani membesarkan anaknya.

"Kirana itu satu-satunya anak dari Desa Kalimas yang bersekolah di SLB Pemalang, saya akui ibunya memang semangatnya luar biasa," kata Mujiono. 

Pemdes, menurutnya sudah memberikan dan mengusulkan bantuan. Bahkan bila ada program bantuan ke desanya, keluarga Citra Kirana kerap diikutsertakan. (sul/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait