Perselisihan antara Moeldoko dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) diisukan sedang memainkan sandiwara politik. Sandiwara besar yang dimulai dengan upaya pelengseran AHY itu dimainkan tidak lain untuk kepentingan Pilpres 2024 mendatang.
Hanya saja, pengamat politik, Ujang Komarudin tak sepenuhnya mengamini pendapat tersebut. Ujang justru menilai Moeldoko dan keluarga Cikeas memang sedang bertempur untuk menguasai partai berlambang bintang mercy biru itu.
“Ini bukan drama dan sandiwara. Moeldoko, AHY dan SBY sedang tempur, untuk memenangkan pertandingan politik atau kepentingan Pilpres mendatang,” ujarnya kepada PojokSatu.id, Minggu (14/3).
Karena itu, dosen Universitas Al-Azhar ini meyakini, kudeta yang dilakukan kubu Moeldoko itu benar-benar nyata. Karena dilatar belakangi aktor untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB).
“Itu kudeta nyata. Ada pelaku dan aktor dan ada pihak yang dikudeta untuk KLB,” ucap Ujang.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menganggap kisruh Partai Demokrat terkesan tengah bermain drama. Hal itu dilatari dari ketidakseriusan kubu AHY yang fokus menyelesaikan kisruh internal.
Di sisi lain, jika benar Moeldoko maju, semestinya meninggalkan jabatan sebagai Kepala Staf Presiden (KSP). “Kalau Pak Moeldoko serius ingin membesarkan atau menunjukkan bahwa KLB Demokrat yang memilihnya adalah sah dan meletakkan KSP,” ujarnya dalam wawancara yang diunggah kanal YouTube Metrotvnews, Jumat (12/3) lalu.
Karena itu, ia menyaranakn Demokrat kubu AHY seharusnya fokus membuktikan KLB di Deliserang ilegal. “Tapi dari kaca mata lain, saya juga melihat seharusnya Partai Demokrat kubu AHY fokus saja pada aspek hukum yang bisa menyelesaikan kasus ini,” ucap Yunarto.
“Kalau Anda merasa KLB ini abal-abal, hanya sedikit yang hadir, tidak memenuhi syarat AD/ART.”
“Fokus pada bagaimana berkas disiapkan sehingga mau pengadilan atau Kumham dengan cepat memutuskan bahwa kubu AHY yang sah,” ungkap Yunarto. (muf/zul)