Masih diamnya Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko usai Kongres Luar Biasa (KLB) Sibolangit, Deliserdang, Sumut, diyakini karena sedang mengatur strategi.
Itulah sebabnya, pengamat Politik Zaenal Muttaqin meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Susilo bambang Yudhoyono (SBY) tak menganggap remeh diamnya Moeldoko usai dipilih jadi Ketua Umum Demokrat versi KLB Sumut.
Zaenal menyarankan kepada Ketua Umum Partai Demokrat, AHY dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY untuk tidak menganggap remeh diamnya Kepala KSP itu.
“Jurus Pak Moeldoko seperti main catur, sayap rajanya dibiarkan terbuka untuk diserang. Tapi mengatur strategi menyerang balik,” ujarnya dihubungi Pojoksatu.id, Rabu (10/3).
Menurut Zaenal manuver politik yang dipakai mantan Panglima TNI era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu seperti main catur. Akan tetapi pola main yang dipakai Moeldoko terkesan kasar, karena melanggar konstitusi Partai Demokrat.
“Iya, ini ibarat orang yang main catur dengan lawannya. Cuma problemnya main kasar,” kata Kordinator Jaringan Progres 98 itu.
Seperti diketahui, Partai Demokrat terbelah. Terjadi dualisme kepemimpinan saat ini. Ketua Umum Demokrat, AHY adalah hasil Kongres ke V Jakarta tahun 2020 lalu.
Sedangkan Ketua Umum Demokrat, Moeldoko hasil Kongres Luar Biasa (KLB) di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara. AHY mengatakan KLB Demokrat yang digelar Jhoni Allen Marbun dan kawan-kawan itu ilegal, dan Moeldoko sebagai ketua umum abal-abal.
Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga mengatakan Moeldoko dengan darah dinginnya telah melakukan kudeta Partai Demokrat. (muf/zul)