“Untuk mengantisipasi (vaksin palsu), kita sudah menerapkan suatu kode identifikasi seperti kalau ke supermarket ada scan namanya, barcode (kode batang),” katanya.
Diungkapkannya, setiap kode identifikasi memuat informasi penting di setiap kemasan vaksin. Informasi tersebut mencakup waktu produksi, waktu kadaluarsa, hingga nomor identifikasi unik. Kode batang akan tercantum pada bagian luar vial vaksin.
"Satu vial vaksin hanya memuat untuk satu identitas yang tidak akan sama dengan vial vaksin lainnya," ungkapnya.
Diyakininya, penggunaan kode batang di setiap vial vaksin merupakan langkah pemerintah untuk mencegah munculnya vaksin palsu. Dengan adanya kode batang di setiap vial vaksin, maka vaksin akan sulit untuk dipalsukan.
“Di sana bisa terbaca, identitas vial ini akan sulit dipalsukan karena karena kode yang digenerate kita. Jika misal sama nomornya atau ada yang benar-benar memalsukan nomornya, begitu ada dua (nomor yang sama), pasti ada salah satu yang salah,” ucapnya.
Reuters pada, Kamis (4/3) lalu, melaporkan Kepolisian Afrika Selatan menyita ratusan vaksin COVID-19 palsu dan menangkap empat tersangka. "Tiga warga negara China dan satu warga Zambia ditangkap," kata badan koordinasi kepolisian global Interpol.
Penyitaan dan penangkapan itu terjadi setelah Interpol, yang berkantor pusat di Prancis, mengeluarkan peringatan global pada Desember lalu untuk penegakan hukum di 194 negara anggotanya.
Interpol memperingatkan negara-negara untuk bersiap menghadapi jaringan kejahatan terorganisir yang menawarkan vaksin COVID-19 palsu, baik secara langsung maupun daring.
"Sekitar 400 ampul atau 2.400 dosis vaksin palsu ditemukan di sebuah gudang di Germiston, di sebelah timur Johannesburg, Afrika Selatan. Di sana petugas juga menemukan sejumlah besar masker 3M palsu," tulis Interpol di situsnya.
Sementara itu di China, polisi mengidentifikasi jaringan yang menjual vaksin COVID-19 palsu dan menggerebek tempat pembuatannya, yang mengakibatkan penangkapan sekitar 80 tersangka. Lebih dari 3.000 vaksin palsu disita di tempat kejadian.
"Sementara kami menyambut baik hasil ini, ini hanyalah puncak gunung es (permukaan masalah) dalam hal kejahatan terkait vaksin COVID-19," kata Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock.
Namun, sejauh ini masih belum jelas apakah peristiwa penangkapan di Afrika Selatan dan China terkait satu sama lain. Interpol belum menanggapi pertanyaan, sementara juru bicara kepolisian nasional Afrika Selatan juga tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. (gw/zul)