Mr Hu, Alarm Daya Saing Produk UMKM Indonesia

Sabtu 27-02-2021,20:34 WIB

Fenomena munculnya Mr Hu di media sosial mendapat sorotan dari Bupati Tegal Umi Azizah saat mengisi kuliah umum di kampus Politeknik Purbaya. 

Pedagang pengecer dari Guangdong, China ini banyak sekali menjual produk UMKM untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas baik dan harga sangat murah di marketplace Indonesia. 

Umi Azizah, Sabtu (27/2) mengakui,
kemudahan mendapat barang impor asal China dapat menggeser eksistensi UMKM lokal karena tipikal konsumen Indonesia yang cenderung lebih memilih harga murah dan kualitas bagus. Sehingga mengesampingkan kecintaannya pada produk buatan dalam negeri. 

Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari perjanjian kerja sama perdagangan multilateral seperti China Asean Free Trade Area (CAFTA) sebagai kawasan perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China. 

"Saya menggarisbawahi jika ini adalah alarm, lonceng bagi pemerintah dan para pelaku UMKM untuk meningkatkan daya saing produknya," katanya.

Upaya proteksi dagang, tambah Umi Azizah, tidak akan selamanya mujarab di tengah era pasar bebas seperti ini. Sehingga upaya paling rasional agar tidak tergerus produk impor adalah meningkatkan daya saing produk, meski itu juga berat karena mencakup sistem produksi dari hulu ke hilir. 

Untuk itu, dirinya berharap para mahasiswa yang hendak menggeluti dunia teknopreneur harus bisa memetakan lingkungan eksternal, termasuk penguasaannya pada data dan informasi.

"Dunia kini sudah berubah dari segala sisi dan internet of things telah mentransformasi kehidupan ini lebih cepat dari yang kita perkirakan. Indikasinya, banyak sekali jenis pekerjaan baru yang mungkin lima hingga sepuluh tahun lalu belum ada atau belum begitu banyak di Indonesia,” tambahnya.

Dicontohkan, lanjut Umi Azizah, profesi Youtuber seperti Atta Halilintar yang mendulang keuntungan dari iklan pada konten unggahannya dan menempatkan 
subscriber sebagai aset utamanya ini termasuk hal yang baru.

Termasuk pula buzzer yang sempat ramai akhir-akhir ini karena cara kerjanya yang terorganisir dan berbayar. Profesi lainnya yang juga banyak bermunculan adalah programer aplikasi, animator, game developer, analis keuangan digital, analis big data hingga analis keamanan siber.

Fenomena ini tidak terlepas dari demografi pengguna internet di Indonesia. Dimana dari 272 juta penduduk Indonesia, 64 persennya adalah pengguna internet. Sementara 59 persen penduduk kita bermain media sosial. 

“Era digital 3.0 telah merubah segala produk menjadi jasa, yaitu jasa yang serba digital dengan membentuk marketplace baru, platform baru, cara baru hingga peluang kerja baru," tandasnya. (guh/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait