Oleh: Dahlan Iskan
SAYA sulit kalau harus mengilmiahkan kata ''hoki''. Yakni kata hoki seperti yang diucapkan pengusaha besar Irwan Hidayat –pemilik pabrik jamu Sido Muncul itu.
Ia ngotot bahwa keberhasilannya selama ini benar-benar semata karena hoki. Tidak ada yang lain. Juga bukan karena kerja keras.
Saya bertemu Pak Irwan kemarin. Lewat layar Zoom. Kami sama-sama menjadi pembicara seminar yang diadakan MarkPlus. Yakni sebuah lembaga marketing terkemuka milik guru marketing Hermawan Kartajaya.
Semula saya tidak percaya bahwa kesuksesan Pak Irwan semata-mata karena hoki. Saya yakin Pak Irwan itu pasti pekerja keras.
Tapi Pak Irwan ngotot: tidak. "Saya benar-benar bukan pekerja keras," kata Pak Irwan. Pekerjaannya dulu hanya jalan-jalan. Bersama saudaranya. Sambil mengembangkan Sido Muncul.
Saking ngototnya Pak Irwan sampai saya harus kalah. Setidaknya harus mengalah. Tapi saya terus berpikir. Masak benar-benar hanya karena hoki. Saya pun lantas menemukan istilah kompromi. Yang mungkin lebih tepat. Saya coba memperkenalkan istilah baru ini: hoki yang diupayakan.
Itu berarti saya memang memercayai adanya faktor hoki tapi hoki yang diusahakan.
Saya pun ingat wartawan saya. Yang karya fotonya terpilih sebagai foto terbaik dunia –di tahun itu. Namanya Sholehudin. Justru ia bukan wartawan foto.
Foto juara dunia itu berupa truk tentara yang penuh sesak dengan suporter sepak bola Bonek. Saking penuhnya sampai posisi truk itu miring sekali. Suporter remaja itu seperti hendak tumpah ke jalan. Satu dua orang sudah loncat dari truk –ketakutan. Beberapa lagi terlihat panik. Sopir truk itu –berpakaian tentara– menoleh dengan wajah tegang.
Dewan juri di Swiss secara aklamasi memilih foto itulah juara dunia tahun itu. Tidak perlu diskusi. Tidak perlu pemungutan suara.
"Itu kan kebetulan. Ia lagi hoki. Lagi berada di lokasi truk itu," ujar beberapa wartawan –yang kelihatannya cemburu.
Tentu saya setuju: ada unsur kebetulan di situ. Tapi seandainya si wartawan tidak rajin keliling kota mencari berita apakah ia akan mendapatkan keberuntungan itu? Seandainya ia hanya di kantor menghadapi komputer apakah akan bisa menemukan kejadian itu?
Itulah yang saya maksud dengan hoki yang diupayakan.
Pak Irwan masih belum bisa menerima. Ia tidak seperti itu. Ia mengaku bukan orang yang rajin. Tubuhnya pun bukan tubuh yang kuat dan enerjetik.