Berarti selama 5 tahun terakhir sudah lebih 2 miliar cell muda dimasukkan ke tubuh saya. Untuk mengganti cell yang sudah menua.
Stem cell.
Konvalesen.
Kini saya menyiapkan diri untuk menerima Vaksin Nusantara. Sebagai relawan uji coba Tahap II. Bersama istri.
Jadi, untuk Vaksin Nusantara, suntiknya memang satu kali. Bisa untuk seumur hidup. Begitu klaim dokter-Jenderal Terawan. Tapi ada proses pendahuluan: mengambil darah itu.
"Dengan demikian yang diimpor dari Amerika hanya antigen itu," ujar Haryono Winarta, anggota tim Vaksin Nusantara. Itu pun tidak banyak. "Lima liter antigen bisa untuk jutaan unit vaksin," tambahnya.
Antigen khusus itulah yang ditemukan di Amerika. Oleh ahli Amerika. Tapi mereka mengalami banyak kesulitan untuk menjadikannya vaksin siap pakai.
Untung ada dokter-Jendral Terawan Agus Putranto. Yang rupanya memiliki banyak info tentang penemuan baru apa saja di dunia ini. Lalu Terawan melihat peluang: kok salah satunya belum diwujudkan untuk kehidupan sehari-hari.
Banyak penemuan yang nasibnya seperti itu. Di berbagai bidang. Dan Terawan jeli melihat yang ada di bidangnya: kedokteran.
Itulah penemuan baru tersebut: vaksin dendritic cell.
Dendritic Cell adalah cell imun yang sekaligus bisa jadi ''guru'' untuk mendidik cell lainnya.
Bagi saya dendritic cell ini hal baru. Maklum, saya orang awam. Yang saya kenal selama ini hanyalah cell darah merah, cell darah putih, NK cell (natural killer), dan T-cell.
Sebagai orang yang sering melakukan terobosan, Terawan melihat penemuan baru itu bisa dijadikan keunggulan nasional. Lalu membawanya ke Indonesia. Jadilah Vaksin Nusantara.(Bersambung besok)