Ketua Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Brebes Amrullah mengungkapkan, kebutuhan kedelai di Brebes mencapai 9 ton per hari. Karena harga yang masih tinggi mencapai Rp9.500 per kilogram (Kg) membuat Primkopti Brebes tidak punya cukup modal untuk membeli stok kedelai bagi para anggota koperasi yang merupakan perajin tahu dan tempe.
Tercatat dari 673 anggota, yang aktif membeli kedelai hanya ada 263 orang. Ditambah lagi koperasi kekurangan modal untuk membeli kedelai. Untuk itu, stabilisasi harga harus terus dilanjutkan dan tidak hanya sementara.
"Kalau beli di koperasi ada subsidi Rp1000 per kilogram dibanding harga pasaran. Tapi kami tidak punya modal untuk membeli kedelai karena harga naik dari Rp6.500 menjadi Rp9.500. Tapi kalau subsidi hanya sehari dua hari, saya yakin semua akan bangkrut dan gulung tikar," ungkapnya.
Lantaran kekurangan modal, pihaknya meminta pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi memberikan subsidi berupa bantuan lunak untuk koperasi. Hal ini untuk menjaga stabilitas harga kedelai, agar para perajin tempe dan tahu bisa mendapatkan keuntungan. Anggota koperasi pun bisa lebih aktif membeli kedelai.
"Kalau ada subsidi harga sampai bulan Juli, saya yakin anggota koperasi yang jumlahnya 600-an lebih akan kembali aktif," ujarnya.
Terpisah, Ketua Pusat Koperasi Tempe Indonesia (Puskopti) Jawa Tengah Sutrisno Supriantoro meminta pemerintah segera melakukan penanaman kedelai secara serentak di berbagai daerah. Hal ini perlu dilakukan lantaran kebutuhan kedelai di Indonesia, termasuk Jawa Tengah cukup tinggi. Namun, upaya meningkatkan produksi kedelai ini perlu kerja sama semua pihak.
"Harus ada kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, koperasi tempe, maupun para petani. Produksi kedelai ini juga perlu dilakukan segera," katanya.
Dia menerangkan, kebutuhan kedelai di Jawa Tengah mencapai 11.500 ton per hari. Namun, pihaknya hanya mendapatkan kuota 450 ton per hari. Jumlah itu sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Sehingga para perajin tempe terpaksa membeli kedelai di pasaran yang harganya lebih mahal.
"Ini masih kurang. Di Jawa Tengah ada 36 Primkopti tersebar di kabupaten/kota. Dibanding dengan DKI yang wilayahnya lebih kecil justru mendapat kuota 503 ton per hari. Kami membaginya bingung, karena kebutuhan kedelai sangat tinggi," pungkasnya. (ded/ima)