Meramu Obat

Jumat 15-01-2021,05:40 WIB

Oleh: Dahlan Iskan

KEMARIN adalah hari kelima saya di rumah sakit. Saya bingung: tidak ada pekerjaan. Nganggur. Lalu saya mikir: lebih baik tetap sibuk. Secara fisik. Kan makan saya banyak sekali. Tapi badan tidak bergerak. Bahaya.

Maka saya putuskan: mandi pagi agak lama. Agar tidak menghabiskan air, sabunannya yang lama. Termasuk shampoannya.

Apalagi hanya bisa mandi dengan satu tangan. Kanan. Yang ada gelang rumah sakitnya itu. Sedang tangan kiri dipasangi 'terminal' infus. 'Terminal' itu tidak boleh terkena air.

Maka, selama mandi, tangan kiri harus selalu di atas kepala. Agar tidak terkena air.

Pegang gagang shower, ya dengan tangan kanan. Pegang sabun dengan tangan kanan. Gosok badan dengan tangan kanan.

Hanya saja ada kesulitan kecil: bagaimana bisa menggosok sabun di ketiak kanan.

Ya sudah.

Setelah selesai sabunan saya mikir lagi: apa lagi yang bisa dilakukan.

Oh, ada. Cuci baju!

Baju kotor sudah menumpuk. Yang bersih hampir habis. Maka kaus dalam, celana dalam, kaus tipis, celana tidur tipis, saya cuci di kamar mandi.

Saya sempat takut dimarahi: menghabiskan air.

Saya sendiri sudah terbiasa hemat air. Maka saat bilas badan, semua kain kotor saya taruh di bawah kaki. Air bilasan bisa sekaligus membasahi baju. Lalu, sambil bilas-bilas-badan saya injak-injak itu pakaian. Setelah itu barulah saya teteskan sabun cair ke baju kotor. Saya berusaha sehemat mungkin air. Ngucek-nya tanpa air. Ngucek-nya lebih lama dari mbilas-nya.

Saya sempat ngirim pulang baju kotor satu plastik. Saya minta tolong petugas. Agar plastik itu ditaruh di tempat kirim makanan. Agar Kang Sahidin mengambilnya di situ. Untuk dibawa pulang.

Kang Sahidin tidak bisa menemukan kantong plastik itu.

Tags :
Kategori :

Terkait