Pesanan Vaksin

Rabu 09-12-2020,07:00 WIB

Kita sudah berharap banyak vaksinasi lah jalan keluar dari pandemi ini.

Boleh dikata, sekarang ini dunia sedang berebut vaksin. Antar negara kaya pun berebut barang yang sama.

Karena itu Inggris melangkah lebih dulu: menyetujui penggunaan vaksin Pfizer. Langkah kuda Inggris inipun bikin sewot Amerika: kok bisa-bisanya Inggris mengeluarkan persetujuan lebih cepat dari Amerika.

Itu sampai membuat Presiden Donald Trump marah-marah: bagaimana Amerika bisa kalah cepat.

Ternyata prosedur persetujuan di Inggris memang lebih cepat. Di sana tidak perlu tahap ''uji publik''. Sedang di Amerika tahap uji publik itu mutlak.

Uji publik di Amerika itu baru dilakukan tadi malam. Waktu Jakarta. Lewat satu forum yang dilaksanakan secara online. Belum tahu hasilnya seperti apa.

Meski namanya uji publik yang diundang tetap saja terbatas. Yakni Hanya para ahli vaksin. Dari berbagai lembaga dan universitas. Jumlah mereka 15 orang pilihan. Penyelenggaranya: FDA –badan otoritas makanan dan obat-obatan Amerika. Setelah uji publik itulah FDA baru bersikap: apakah vaksin Pfizer dan Moderna diizinkan disuntikkan. Itu pun dengan status penggunaan darurat.

Trump rupanya serba tidak sabar.

Sehari sebelum uji publik FDA itu Presiden Trump mengadakan acara khusus di Gedung Putih: KTT Vaksin. Semua pabrik obat diundang. Demikian juga lembaga terkait. Trump kelihatannya ingin menumpahkan kejengkelannya di KTT itu. Terutama mengapa vaksin itu tidak bisa tersedia tepat waktu. ''Tepat waktu'' yang dimaksud Trump tentunya adalah sebelum Pilpres.

Karena itu Pfizer dan Moderna menyatakan secara terbuka: tidak mau menghadiri KTT di Gedung Putih itu. Betapa beraninya. Daripada ditekan-tekan.

Pfizer juga berani mengumumkan ini: tidak bisa memenuhi permintaan tambahan dari pemerintah Amerika.

Jatah untuk Amerika adalah 100 juta. Itulah angka yang sudah dialokasikan. Sesuai dengan kontrak pembelian yang dilakukan Trump.

Tentu 100 juta itu tidak cukup. Amerika perlu sekitar 300 juta –dua kali suntik. Mungkin soal ini pula yang membuat Pfizer menolak diundang ke Gedung Putih.

Padahal Trump-lah yang menetapkan program Operation Warp Speed. Yang bisa mempercepat penemuan dan produksi vaksin Covid. Yakni dengan cara memberi dana triliunan kepada pabrik obat. Sebagai ''uang pemesanan di muka'' sebanyak 100 juta unit.

Dalam target Operation Warp Speed itu Pfizer mampu memproduksi 200 juta. Maka Trump menyangka 200 juta itu untuk Amerika sendiri.

Ternyata tidak. Pfizer melihat bukti pemesanan: Amerika ''hanya'' pesan 100 juta. Maka selebihnya ia jual ke negara-negara lain. Termasuk Inggris. Uangnya pun sudah diterima. Barang harus dikirim.

Tags :
Kategori :

Terkait