Video Tong

Minggu 06-12-2020,08:00 WIB

"Masjid-masjid dihancurkan di Xinjiang. Ribuan. Ada yang paling besar dijadikan WC umum," ujar Pak Tong.

Semua orang Kristen Indonesia mengenal pak Tong. Usianya sudah 80 tahun. Tapi kalau khotbah masih seperti 60 tahun. Jemaatnya ratusan ribu. Sampai 1,5 juta orang. Tidak hanya di Indonesia. Pak Tong sering berkhotbah di luar negeri. Termasuk di Amerika. Mungkin jaringan gerejanya yang luas itu yang memberikan Pak Tong inside information.

Banyak gereja di Amerika yang memang punya pikiran yang sama seperti itu. Mereka masih berharap Trump yang dilantik sebagai Presiden Amerika tanggal 20 Januari depan. Pak Tong memberikan keyakinan yang kuat pada jemaatnya seperti itu.

Masa kecil Pak Tong di Surabaya. Umur delapan tahun ia sudah mendapat pendidikan Kristen di gereja Tionghoa. Itulah gereja Tionghoa pertama di Surabaya. Yang mulai dirintis tahun 1909. Lalu menjadi gereja beneran di tahun 1928.

Tempatnya di Jalan Bakmi Surabaya. Sekarang disebut Jalan Samudera. Di dekat Jalan Kembang Jepun. Di daerah pecinan di Surabaya Utara. Nama gereja itu TiongHwaKieTokKauwHwee (THKTKH).

Awalnya, kebaktian di situ menggunakan dua bahasa. Kebaktian jam 09.00 menggunakan bahasa Hokkian. Kebaktian jam 12.00 berbahasa Kanton. Gereja itu lantas menjadi promotor berdirinya Sinode Gereja Abdel. Sampai sekarang.

Stephen Tong sendiri kemudian mendirikan sinode Reformed Evangelical Church of Indonesia. Yang pusatnya di Kemayoran, Jakarta, itu. Yang luasnya 5,6 hektare itu. Yang auditoriumnya bisa untuk kebaktian 5.000 orang. Itulah salah satu gereja Evangelico terbesar di dunia. Yang selesai dibangun tahun 2008. Yang desainnya dibuat sendiri oleh Stephen Tong.

Beliau memang seniman. Tepatnya musisi. Ia membina dan memiliki grup orkestra besar di Surabaya dan Jakarta. Stephen Tong kini membawahkan lebih 50 gereja di banyak negara. Termasuk di Singapura, Malaysia, Hongkong, Tiongkok, Australia, Jerman, Amerika, dan Kanada.

Sidney Powell yang diunggulkan oleh Pak Tong itu sendiri sebenarnya sudah diberhentikan. Sudah bukan lagi anggota tim pengacara resmi Trump. Dia dianggap tidak sejalan dengan tim yang diketuai mantan walikota New York, Rudy Giuliani. Umur Sidney Powell 65 tahun. Biar pun tidak lagi dipakai Trump dia masih tetap gigih beredar ke mana-mana.

Belakangan dia lebih banyak tinggal di negara bagian Georgia. Pokoknya di mana politik panas dia ada di situ. Georgia memang lagi panas menghadapi Pemilu-ulang 5 Januari depan. Khusus untuk dua kursi Senat yang amat menentukan. Kini dari 100 kursi Senat yang 50 sudah dimenangkan Republik. Demokrat baru mendapat 48. Kalau dua kursi itu dimenangkan Republik maka Partai pendukung Trump itu kembali menguasai mayoritas Senat.

Biasanya, di Georgia, Republik yang menang. Kali ini lebih berimbang. Sidney Powell kini juga membentuk gerakan baru: Make Amerika Free Again, MAFA. Dengan topi merah seperti MAGA. Dia terlalu fanatik dengan Partai Republik. Sampai-sampai bisa merugikan partai itu sendiri.

Misalnya, kini dia lagi kampanye boikot Pemilu-ulang di Georgia. Agar pemilih jangan mau datang ke TPS 5 Januari nanti. Sebagai protes atas kecurangan Pemilu lalu. Tentu itu sangat merugikan caleg Republik –kalau mereka benar-benar tidak mau mencoblos.

Pokoknya nama Sidney Powell memang lagi ngetop. Tidak salah kalau Pak Tong ikut mengagumi. Dua hari lalu Sidney juga menggugat Pemilu di Georgia. Kali ini tidak ada hubungannya dengan Trump. Dia jalan sendiri. Dalam gugatannyi itu Sidney mengajukan bukti kecurangan yang dia persoalkan.

Apakah dia punya bukti konkrit? Kata Sidney, dia punya bukti. Ketika menyerahkan bukti itu ke pengadilan ternyata berupa surat pernyataan seseorang yang kini tinggal di Jepang: Ron Watkins. Yakni pernyataan bahwa Pemilu ini curang.

Ron Watkins dan bapaknya, Jim Watkins, adalah pemimpin gerakan teori konspirasi: bahwa sekarang ini ada iblis misterius lagi berusaha menghancurkan agama. Dan hanya Trump yang bisa menghancurkan gerakan misterius itu. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait