Imbas dari pandemi Covid-19, tidak hanya perekonomian di dunia bahkan Indonesia melemah, tetapi juga satu generasi terganggu di bidang pendidikan akibat kasus Covid-19 ini.
Hal ini seperti disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah, Jumat (27/11).
Umi mengatakan, jika mendasari data dari Unesco, lebih dari 90 persen atau di atas 1,3 miliar populasi siswa global harus belajar dari rumah. Termasuk gurunya. Tujuannya untuk mencegah penyebaran virus corona sekaligus memutus rantainya.
Jika melihat data itu, berarti hampir satu generasi di dunia terganggu pendidikannya akibat pandemi ini.
"Kita memilih terus bangkit dan berjuang. Karena kita yakin bahwa bisa mengupayakan keberlanjutan pembelajaran bagi peserta didik walau dengan segala keterbatasan," katanya.
Pandemi ini, tambah Umi Azizah, bisa dijadikan laboratorium bersama untuk menempa mental pantang menyerah dan mengembangkan budaya inovasi. Dirinya juga mengajak semua pihak berkolaborasi sehingga tercipta budaya gotong royong.
"Pandemi telah memberikan momentum dan pelajaran berharga untuk mengakselerasi penataan ulang sistem pendidikan. Hal ini guna melakukan lompatan dalam menghasilkan SDM-SDM unggul untuk Indonesia Maju," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Dikbud Kabupaten Tegal Akhmad Was'ari berharap, hendaknya pandemi ini dijadikan sebagai momentum kebangkitan guru untuk selalu kreatif dan inovatif. Guru harus membekali diri dengan penguasaan ilmu teknologi sehingga dalam situasi dan kondisi apapun dapat melakukan kewajiban menyelenggarakan proses pembelajaran baik melalui luar jaringan (luring) atau tatap muka dengan tetap protokol kesehatan maupun dalam jaringan (daring) dari rumah. (guh/ima)