Penyebab awal perseteruan mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) dengan ekonom senior, Rizal Ramli sedikit demi sedikit mulai terkuak. Sejumlah pengamat menyebut ternyata perseteruan itu justru dimulai JK, bukan Rizal Ramli.
Penilaian itu diungkapkan pengamat sosial politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun. Ubed menyebutkan megaproyek pengadaan listrik 35.000 megawatt oleh pemerintah di masa pemerintahan Jokowi-JK, menjadi pemantik perseteruan antara JK dan Rizal Ramli hingga kini.
Saat itu, kata Ubed, Rizal Ramli menolak proyek itu, karena dia menilai ada konflik kepentingan pada JK yang saat itu menjabat Wapres RI. Sikap Rizal tersebut, papar Ubed, karena ekonom senior ini berpikir berdasarkan fakta di lapangan, sementara JK berpikir secara pragmatis.
“Itu pilihan sikap. Sebaiknya JK minta maaf soal pernyataanya kepada Rizal Ramli dan segera mengakhiri polemik ini,” ungkapnya, Minggu (8/11).
Terkait sikap Presiden Jokowi atas perseteruan tersebut, Ubed menyampaikan bahwa Jokowi sebaiknya menyampaikan pendapat secara normatif agar keduanya mengakhiri polemik tersebut.
Rizal Ramli dan JK terus saja berpolemik hingga tahun 2020 ini. Ditambah lagi, muncul pernyataan JK mengenai Rizal Ramli saat diwawancari Karni Ilyas.
Menyikapi ini, menurut Ubed, JK menjadi pihak yang seharusnya mengambil inisiatif untuk mengakhiri konflik.
Jusuf Kalla dengan ketokohannya dipandang layak untuk menjadi pihak yang mengambil inisiatif untuk mengakhiri konflik dengan Rizal Ramli.
“Semestinya tokoh sekelas JK tidak patut menilai koleganya pernah dalam satu kabinet secara subyektif. Pemicu polemik tersebut dimulai oleh JK,” katanya dikutip dari Bisniscom.
Penelusuran wartawan, Rizal Ramli yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya pernah mengatakan bahwa megaproyek 35.000 megawatt adalah proyek yang dipaksakan alias tidak realistis.
“Zaman Presiden SBY saja secara total kalau tidak salah hanya bisa capai 10.200 megawatt. Kalau sekarang paling tidak 17.000 sampai 18.000 megawatt, sudah bagus sekali,” kata Rizal Ramli saat itu. (pojoksatu/zul)