Oleh: Dahlan Iskan
MESKI kian tersudut, Presiden Donald Trump masih terus menyerang. Setidaknya lewat Twitter. Dibantu serangan tambahan oleh dua anak laki-lakinya. Juga lewat Twitter. Didukung oleh beberapa medsos dari aliran kanan.
Medsos aliran kanan itu terus memproduksi teori konspirasi. Follower mereka memang tidak banyak. Tapi kelihatannya tugas mereka memang hanya memproduksi isu. Soal perluasan penyebarannya bisa menjadi semacam tugas dua anak Trump itu. Yang follower-nya memang jutaan. Dengan cara me-retweet-kannya.
Tapi Twitter, sebagai media, kini punya sikap baru: Twitter tidak mau jadi sarana untuk menyebar kebohongan dan kebencian.
Twitter telah melakukan seleksi. Termasuk menyertakan pengecekan terhadap isi tweet Trump: sesuai dengan fakta atau tidak.
Menurut pengecekan Twitter, isi tweet atau retweet Trump itu 39 persen mengandung penyesalan informasi.
Maka kemarin sore Trump terlihat jengkel atas sikap Twitter itu.
Tapi kejengkelan terbesar Trump justru pada Fox News –stasiun TV yang selama ini membelanya. Itulah stasiun TV yang mati-matian di belakang Trump.
Tapi ketika Trump bangun tidur –sehari setelah Pemilu– ia lihat Fox News telah menggedor jantungnya dengan pukulan Tyson: Arizona dimenangkan oleh Joe Biden.
Hanya Fox News, stasiun TV yang menyiarkannya. CNN-pun –yang selalu dinilai anti-Trump– belum berani menyimpulkan itu. Pun sampai tadi malam.
Harian-harian utama yang selama ini dinilai anti-Trump –seperti New York Times dan Washington Post– juga belum berani menyimpulkan Arizona dimenangkan Biden.
Fox News dalam hal ini seirama dengan kantor berita AP (Associated Press). AP juga menghitung perolehan suara Biden di Arizona sudah tidak bisa dikejar. Biar pun masih ada suara yang belum dihitung. Fox News dan AP melihat, yang belum dihitung itu justru suara dari Phoenix dan sekitarnya. Yang justru diperkirakan akan memperlebar kemenangan Biden.
Tapi Trump punya teori sendiri. Yang belum dihitung itu adalah suara dari Navajo Nation –yakni ''negara dalam negara'' yang letaknya di pedalaman Arizona. Itu adalah wilayah suku asli Indian. Yang boleh punya hukum sendiri. Yang surat suara mereka belum tiba di TPS –lantaran jauh di pegunungan.
Maka, Trump sampai menelepon pemilik Fox News. Tidak diberitakan apakah telepon itu diterima oleh Rupet Murdoch dan bagaimana isi kemarahannya.
Sememihak-mihaknya Fox News, kaidah jurnalistik harus dipenuhi. Termasuk kebanggaan jurnalistik kalau bisa menjadi ''yang pertama'' menyiarkannya. Sedang CNN –mungkin karena sudah ketinggalan– memilih ''hati-hati lebih penting dari yang pertama''.