Gelombang tinggi hingga mencapai enam meter berpotensi terjadi di sejumlah perairan Indonesia hingga akhir pekan. Masyarakat khususnya nelayan diimbau agar waspada.
Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Taufan Maulana meminta masyarakat mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi di sebagian perairan Indonesia. BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi hingga enam meter hingga 30 Oktober 2020.
"Penyebab gelombang tinggi karena pola tekanan rendah 1009 hPa di perairan barat Kepulauan Mentawai," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/10) kemarin.
Selain itu, gelombang tinggi juga disebabkan karena pola angin di wilayah Indonesia pada umumnya bergerak dari Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan utara Sabang, Perairan selatan Banten, Laut Halmahera, Perairan Biak.
"Kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan gelombang setinggi 1,25 hingga 2,50 meter yang berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, Perairan timur Pulau Simeulue-Kepulauan Mentawai, Laut Natuna utara, Perairan Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna, Laut Natuna, Laut Jawa bagian tengah dan timur, Perairan utara Jawa Timur," bebernya.
Tinggi gelombang 1-2,5 meter juga berpotensi terjadi di Selat Makassar bagian selatan, Perairan Kepulauan Sabalana-Kepulauan Selayar, Selat Ombai, Perairan Kepulauan Sangihe-Kepulaua Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan Raja Ampat bagian utara, Perairan Manokwari, Perairan Biak, Teluk Cendrawasih, Samudra Pasifik utara Halmahera Biak.
Dilanjutkannya, gelombang yang lebih tinggi kisaran 2,50-4,0 meter berpeluang terjadi di Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Selat Sape bagian selatan, Perairan Pulau Sawu-Kupang Pulau Rotte, Laut Sawu dan Perairan selatan Flores.
Gelombang yang sangat tinggi kisaran 4-6 meter berpeluang terjadi di Perairan barat Kepulauan Nias-Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu-barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatera, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Banten-Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Banten-NTT.
"Gelombang tinggi tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Karenanya, kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan dan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir," katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Meterologi Maritim BMKG Eko Prasetyo meminta nelayan harus bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya gelombang tinggi, terutama di laut selatan-barat Sumatera hingga selatan Nusa Tenggara.
"Wilayah selatan Jawa, selatan Sumatera, barat Sumatera, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara memang gelombangnya relatif tinggi rata-ratanya. Hampir nelayan itu sulit menemukan gelombang di bawah dua meter, sulit sekali, yang sering adalah 2-4 meter, 3-5 meter, bahkan hari ini, besok, dan lusa enam meter," katanya.
Jika gelombang tinggi itu dibarengi dengan tekanan rendah di suatu daerah, maka akan semakin mengganggu cuaca di selatan Jawa.
"Ini yang harus diantisipasi oleh masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan tidak boleh berpikir sendiri, tidak boleh berunding sendiri dengan keluarga, tapi manfaatkan informasi dari BMKG," katanya.
Untuk itu, BMKG dengan terbuka memberi pelatihan nelayan tentang cara mendapatkan informasi cuaca dari BMKG, termasuk bagaimana cara memahami cuaca.
"Bagaimana masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya, itu menjadi tujuan, sehingga masyarakat berpikir 'oh perahu saya kurang bagus dengan kondisi cuaca ini, oh perahu saya pas', yang memutuskan adalah nelayan. Kami tidak bisa terlalu jauh untuk bisa melarang, hanya bisa memberikan informasi peringatan dini, masyarakat yang memutuskan," jelasnya.