Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) telah mulai disosialisasikan. Khususnya, kepada mitra Kemendikbud di legislatif dan di sejumlah forum.
Sekretaris Kemendikbud Ainun Na'im mengatakan sejatinya proses sosialisasi Asesmen Nasional sudah mulai dilakukan. Namun, untuk jadwal sosialisasi yang lebih luas, terstruktur dan komprehensif, akan disampaikan dalam waktu dekat.
"Mas Menteri (Mendikbud Nadiem Makarim) sering menyampaikanya baik ke Komisi X atau dalam berbagai forum," kata Ainun dalam konferensi virtual, Kamis (29/10) kemarin.
"Jadwal bisa kita sampaikan kemudian. Nanti (jadwal) kita sampaikan secara lebih lanjut," sambungnya.
Ainun memastikan, bahwa pelaksanaan AN akan berbeda dengan UN, karena bertujuan untuk mengevaluasi dan pemetaan capaian pendidikan pada suatu sekolah. Sedangkan evaluasi terhadap siswa bakal dilakukan oleh guru.
Artinya, dalam teknis AN ini nantinya tidak akan dilakukan kepada seluruh siswa. Namun, pengganti UN itu hanya mengambil beberapa sampel di satuan pendidikan.
"Asesmen yang menggantikan UN itu tentu tidak sama dengan UN dan yang kita evaluasi atau kita tidak langsung mengevaluasi siswa. Yang mengevaluasi siswa itu ya guru atau sekolah. Karena para guru itulah yang tahu dan siswa itu dievaluasi secara lebih komprehensif," terangnya.
"Kita tidak memberikan tes seperti UN kepada semua siswa. Hanya sampel saja, seperti halnya PISA itu kan hanya sampel saja," imbuhnya.
Dari hasil AN tersebut, kata Ainun, pihaknya akan melakukan evaluasi kepada sekolah dan pemerintah daerah khususnya dinas pendidikan setempat. Harapanya, ada evaluasi komprehensif terhadap dunia pendidikan.
"Evaluasi dari Asesmen Nasional juga akan dilakukan kepada guru dan kepala sekolah. Sehingga tidak hanya siswa yang akan menjalani evaluasi," ujarnya.
Selain itu, Kemendikbud juga memastikan, bahwa dalam AN ini tidak perlu ada persiapan Khusus. Untuk itu, orang tua siswa tidak perlu khawatir. Apalagi sampai memasukkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar (bimbel) untuk persiapan AN.
Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbud, Evy Mulyani mengatakan, bahwa tujuan dari AN sendiri ialah untuk pemetaan kualitas pendidikan yang nyata di lapangan untuk menjadi dasar peningkatan kualitas pendidikan.
Menurutnya, hasil AN akan menjadi tolok ukur, apakah AN berdampak berkesinambungan dan layak dilaksanakan kembali pada tahun 2022 atau tidak. Ataupun indikator AN menjadi tolok ukur bagi evaluasi satuan pendidikan.
"Sangat penting dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua bahwa AN untuk tahun 2021 tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus (bimbel dan try out) maupun tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri," kata Evy.
Di sisi lain, jika dibanding UN ongkos atau anggaran konsep AN lebih murah. Sebab, evaluasi AN pembelajaran tidak langsung menyasar pada siswa. AN hanya menjadi tolak ukur kualitas pendidikan di sekolah.