Sindir Prof Henri Subiakto, Fadli Zon: Daya Tangkap Orang Ini Kurang, Jangan Keberatan Gelar

Kamis 29-10-2020,07:40 WIB

Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum, Prof. Henri Subiakto kembali terlibat debat dengan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon. Kali ini, keduanya saling sindir di media sosial (medsos) terkait harga vaksin Covid-19.

Awalnya Prof. Henri menyindir Fadli Zon yang membandingkan harga vaksin Covid-19 di Sao Paulo, Brasil dengan Indonesia. Menurut Fadli, harga vaksin Covid-19 di Sao Paulo, Brasil hanya Rp28.000 per dosis.

Namun, di Indonesia vaksin tersebut akan dijual dengan harga Rp300.000 per dosisnya. Menanggapi hal itu, Prof. Henri mengatakan, bahwa biaya riset dan uji coba vaksin Covid-19 sangat mahal.

“FZ ngotot harga vaksin-19 hanya 2$. Padahal untuk biaya riset & uji coba sangat mahal, dan sekarang belum ada yang siap, tapi kebutuhan datang dari seluruh dunia,” kata Henri.

Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) ini menyarankan kepada pemerintah agar menunjuk Fadli Zon untuk mencari vaksin seharga 2 dollar. “Sebaiknya orang itu ditunjuk saja sebagai special envoy untuk cari vaksin seharga 2$ sekaligus membuktikan bukan hoax,” sindir Henri.

Fadli zon lantas membalas cuitan Henri itu. Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra itu menyarankan Henri banyak membaca, karena daya tangkapnya rendah.

“Daya tangkap orang ini kurang. Saya bacakan berita bahwa Gubernur Sao Paulo Brasil kontrak dengan China harga sekitar US$ 2 per dosis. Menkes Polandia bilang harga sekitar 2 Euro. Nanti saya kirim linknya. Sekali lagi banyak baca Pak Profesor, jangan keberatan gelar,” sindir Fadli Zon.

Ini bukan pertama kalinya Fadli Zon dan Henri Subiakto saling sindir di media sosial Twitter. Sebelumnya, Fadli Zon mengomentari tweet Henri Subiakto terkait demo menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Dalam cuitannya, Prof Henri mengkritisi akademisi yang ikut melakukan aksi demonstrasi menolak UU Cipta Kerja.

“Buruh demo itu logis, karena kekuatan utama mereka memamg di situ bukan di argumentasi. Tapi kalau ngaku intelektual ikut demo seperti buruh, berarti mereka lemah dalam argumentasi, dan enggan adu dalil dan konsep di MK. Lebih senang atau menikmati budaya grudak gruduk,” cuit Prof Henry melalui akun Twitter pribadinya, @henrysubiakto.

Cuitan itu dikomentari Fadli Zon. Ia menyindir Prof Henri dengan sebutan intelektual kaleng-kaleng.

“Bedakan antara intelektual organik yang menyuarakan kebenaran dengan intelektual kaleng-kaleng yang menghamba kekuasaan sambil cari peluang jabatan,” sindir Fadli Zon. (pojoksatu/zul)

Tags :
Kategori :

Terkait