Negara-negara di dunia dinilai gagal menghadapi pandemi COVID-19. Terlebih banyak negara yang tak bisa mencegah rakyatnya jatuh ke jurang kemiskinan dan kelaparan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyebut dunia gagal menghadapi tantangan untuk memerangi pandemi COVID-19. Harusnya seluruh negara di dunia bersatu dan melakukan aksi bersama dalam mencegah jutaan orang jatuh ke dalam kemiskinan dan kelaparan.
Dikutip Reuters, Minggu (18/10), mantan perdana menteri Portugal itu mengatakan akan lebih banyak hal dapat dilakukan jika negara-negara bergotong royong memerangi penyakit virus corona, yang telah menelan korban jiwa lebih dari satu juta jiwa.
"Pandemi COVID-19 merupakan tantangan global. Utama bagi seluruh masyarakat internasional, bagi multilateralisme dan bagi saya, sebagai Sekretaris Jenderal PBB. Sayangnya itu adalah sebuah ujian yang sejauh ini, gagal dilakukan oleh masyarakat internasional," katanya kepada kantor berita Portugal, Lusa.
Dikatakannya, jika seluruh negara tidak melakukan langkah-langkah yang terkoordinasi, maka virus mikroskopis akan terus mendorong jutaan orang jatuh ke dalam kemiskinan dan kelaparan.
"Bahkan akan berdampak menghancurkan perekonomian dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
Guterres juga mengkritik negara-negara karena kurang bersatu dalam upaya mengatasi berbagai tantangan global lainnya, seperti konflik di Afghanistan, Yaman dan Suriah.
"Ini sumber frustrasi yang luar biasa," ucapnya.
Sebelumnya dia juga menyerukan agar vaksin COVID-19 menjadi barang milik bersama dan tidak dikuasai kelompok atau negara tertentu.
“Bekerja sama menanggulangi pandemi merupakan bagian dari kepentingan nasional dan ekonomi masing-masing negara agar kapasitas tes dan perawatan dapat diperluas, serta vaksin dapat menjadi barang milik bersama atau istilahnya vaksin milik rakyat itu segera tersedia dan terjangkau oleh siapa pun, di mana pun,” katanya.
Sementara itu, sebuah kota di China menawarkan vaksin COVID-19 eksperimental Sinovac Biotech kepada para pekerja penting dan kelompok berisiko tinggi lainnya sebagai bagian dari program nasional dengan biaya sekitar USD60 (sekitar Rp885 ribu).
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC) Kota Jiaxing dalam sebuah pernyataannya di WeChat mengatakan dua dosis kandidat vaksin, yang disebut CoronaVac, akan menelan biaya 200 yuan (sekira Rp440 ribu) per dosis dan bahwa vaksinasi untuk kelompok-kelompok utama termasuk profesional medis telah dimulai.
Otoritas China hingga saat ini belum merilis rincian harga untuk vaksin COVID-19 potensial. Ratusan ribu orang telah diberi vaksin eksperimental dalam uji coba tahap akhir sebagai bagian dari program inokulasi darurat yang diluncurkan pada Juli.
Tidak jelas apakah harga vaksin yang dipasarkan di Jiaxing termasuk subsidi. CDC kota menolak berkomentar.
Dikutip Reuters, Sinovac Biotech tidak berkomentar atas hal tersebut. Sinovac hanya menyebut vaksinnya sedang dalam uji coba tahap akhir di Brazil, Indonesia, dan Turki, dan analisis sementara dari data uji coba tahap 3 bisa dilakukan paling cepat November.