Perlakuan polisi yang memborgol sejumlah aktivis dan deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) terus dikritisi berbagai kalangan. Salah satunya pengamat politik, Rocky Gerung.
Rocky Gerung menilai pemborgolan sejumlah aktivis dan petinggi sarat muatan politis. Peristiwa itu terjadi saat konferensi pers di Bareskrim Polri.
Saat itu tangan Anton Permana, Syahganda Nainggolan, dan Jumhur Hidayat dan aktivis KAMI lainnya diborgol menggunakan borgol plastik.
Demikian disampaikan Rocky Gerung dalam video wawancara Forum News Network yang dipandu Wartawan Senior Hersubeno Arief, yang disiarkan di Youtube Rocky Gerung Official, Jumat (16/10).
“Oh, ini adalah persaingan politik. Peristiwa pemborgolan itu politis,” ujar Rocky dikutip PojokSatu.id dari RMOL.
Kesan politik dalam fenomena pemborgolan tersebut, menurut Rocky, nampak dari pernyataan pemerintah melalui Menko Polhukam Mahfud MD. Sebab Mahfud sebelumnya mengaku telah mengetahui penyandang dana aksi rusuh tolak omnibus law UU Cipta Kerja.
“Mahfud bilang dari awal mereka sudah tau pelakunya, karena itu dilaporkan ke polisi,” katanya.
“Kan polisi melapor kepada Mahfud. Kan, Mahfud sendiri mau itu dipamerkan,” ungkap Rocky.
Dalam posisi ini, Rocky justru melihat polisi hanya menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. “Polisi itu adalah yang bekerja semata-mata secara positifistik,” ujar dia.
“Artinya dia hanya melihat konstruksi perkara itu lalu ditempelkan kepada delik. Oleh itu dipasanglah borgol itu,” sambungnya.
Semestinya, lanjut Rocky, Presiden Joko Widodo dan Mahfud MD mengerti bahwa para inisiator KAMI tersebut tidak pantas diperlakukan seperti itu oleh polisi.
“Mestinya, presiden atau paling minimal Pak Mahfud harus menegur dengan cara yang tersamar. Atau fasilitas intelejen kepada polisi. Karena Mahfud ngerti soal-soal beginian ini,” ucapnya.
Oleh karena itu, Rocky menganggap pemborgolan inisiator KAMI cenderung politis, dan telah menghina demokrasi dan merendahkan orang. “Artinya borgol itu kan merendahkan orang. Wah anda kriminal, makanya Anda diborgol’. Memang itu prosedur,” tutur dia.
“Tapi tadi saya terangkan, proses itu harus dikaitkan dengan peristiwa,” tandasnya. (rmol/zul)