Penyelenggara Pemilu Cari Formulasi Pelaksanaan Coblosan di Tengah Pagebluk

Minggu 11-10-2020,09:40 WIB

Lembaga penyelenggara pemilu masih mencari formulasi yang tepat dalam perhelatan Pilkada Serentak 2020. Kemarin (10/10) Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) melakukan simulasi pemungutan dan penghitungan suara serta penggunaan Sirekap di Lapangan Candi Nambangan, Kota Magelang, Jawa Tengah.

Dalam pelaksanaan tersebutm, Bawaslu memberikan sejumlah catatan dalam pelaksanaannya. Koordinator Divisi Pengawasan dan Sosialisasi Bawaslu RI Mochammad Afifuddin mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Misalnya, simulasi pemungutan suara ini dilakukan di tempat lapangan yang cukup luas. Tendanya juga cukup besar. Padahal, TPS dalam pemungutan suara pada 9 Desember nanti belum tentu bisa ideal seperti itu.

Banyak TPS yang didirikan di tempat sempit karena memang ketiadaan lahan atau tempat. “Simulasi harusnya mendekati situasi yang sebenar-benarnya,” kata Afifuddin.

Mantan Koordinator Nasional JPPR ini juga memberikan catatan terkait dengan adanya undakan setinggi sekitar 10 cm pada saat masuk ke TPS. TPS model seperti itu dikhawatirkan bisa menyulitkan pemilih disabilitas yang menggunakan kursi roda ataupun menyulitkan orang tua.

Afifuddin juga memberikan catatan terkait dengan keberadaan daftar pemilih tetap (DPT) di lokasi TPS. “Semula DPT yang ditempel (di TPS simulasi) NIK -nya kelihatan semua. Kami sampaikan untuk diganti dengan yang berbintang,” katanya. Bawaslu RI akan menyampaikan secara resmi ke KPU berisi catatan-catatan lain secara lengkap terkait dengan simulasi pemungutan dan penghitungan suara.

Simulasi ini merupakan simulasi pemungutan dan perhitungan suara ketiga yang digelar KPU. Simulasi dilakukan layaknya sebuah pemungutan suara di TPS. Ada petugas KPPS yang melayani pemilih, ada pemilih yang ikut mencoblos, ada pengawas TPS, ada saksi dari pasangan calon dan lain-lain.

Setiap pemilih yang akan masuk ke area pencoblosan harus mengenakan masker, mencuci tangan, dan diukur suhu badannya. Kemudian saat menunggu giliran mencoblos di bilik suara, pemilih duduk dengan menjaga jarak sambil mengenakan kaus tangan yang disediakan panitia pemilihan.

Pelaksana Harian Ketua KPU RI Ilham Saputra mengatakan pelaksanaan simulasi di Magelang ini merupakan yang keempat, sebelumnya telah dilakukan dilakukan di Kantor KPU RI, kemudian di Indramayu, dan Tangerang Selatan.

"Tetapi kami tidak menutup kemungkinan teman-teman KPU kabupaten/kota atau provinsi yang ingin melaksanakan simulasi silakan, kami hanya memberikan petunjuk kepada mereka bagaimana simulasi itu bisa dilakukan," katanya.

Ia mengimbau masyarakat tidak perlu takut datang ke TPS pada 9 Desember nanti karena proses atau mekanisme pemungutan penghitungan suara di TPS dilaksanakan dengan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 yang ketat.

"Sekarang kita mencari formula yang tepat dan ini simulasi terakhir nanti akan kita tetapkan di PKPU berdasarkan usulan-usulan dari masyarakat, berdasarkan evaluasi pelaksanaan simulasi ini," katanya.

Ilham menyampaikan dalam simulasi ini tidak hanya pemungutan dan penghitungan suara, tetapi juga akan melakukan rekapitulasi. "Nanti akan kita lakukan setelah ini diselesaikan dihitung, kita akan buat sirekap. Sirekap itu nanti kita gunakan sebagai bahan agar nanti proses penghitungan suara bisa cepat," katanya.

Menurut dia dari simulasi yang sudah berlangsung, kendala pada proses agak lambat, karena dibatasi dengan jaga jarak, kemudian pemilih harus mengenakan sarung tangan, dan lainnya.

"Permasalahan bagi tunanetra, nanti ada template untuk dimasukkan surat suara nanti mereka bisa membaca huruf braille, apakah boleh membuka sarung tangan karena mereka menggunakan kulit ketika membaca huruf braille. Kemudian tunarungu dia kan membaca bibir untuk komunikasi," katanya.

Tags :
Kategori :

Terkait