Demonstrasi menolak Omnibus Law Cipta Kerja meletus di berbagai daerah. Termasuk di Jakarta.
Aksi unjuk rasa berujung anarkis yang melibatkan banyak orang berisiko terpapar COVID-19. Masyarakat diminta tidak menganggap enteng virus Corona. COVID adalah nyata. Bukan rekayasa atau konspirasi.
"Kita prihatin dalam beberapa hari terakhir banyak demo di sejumlah provinsi. Meski ada juga daerah yang tidak melakukan aktivitas demonstrasi," kata Ketua Satgas COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo dalam talkshow yang disiarkan di YouTube BNPB, di Jakarta, Jumat (9/10).
Menurut Doni, dalam kondisi pandemi COVID-19, masyarakat harus mematuhi protokol kesehatan. Mantan Danjen Kopassus itu menegaskan penerapan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak) wajib dilakukan.
"Kalau ada kegiatan mengumpulkan massa dalam jumlah sangat banyak, tentu menimbulkan risiko sangat besar. Karena bisa saja di antara masyarakat yang berkumpul itu ada yang positif COVID-19. Akibatnya yang lain bisa terpapar COVID-19," imbuhnya.
Justru yang berbahaya ketika demonstran pulang ke rumah. Terlebih jika bertemu dengan kelompok yang memiliki komorbid (penyakit penyerta). Sebab orang yang memiliki penyakit bawaan lebih berisiko jika terpapar COVID-19.
"Anggota keluarga yang tidak pernah keluar rumah pun bisa jadi terpapar COVID-19," imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Doni juga menyebut masih ada sebagian masyarakat yang yakin tidak akan terpapar COVID-19. Berdasarkan survei awal yang dilakukan Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI pada Juli 2020, ada 5 provinsi yang masyarakatnya yakin tidak akan terkena COVID-19.
Yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
"Dari data terakhir yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), ternyata secara nasional masih ada 17 persen warga negara kita yang merasa sangat yakin tidak mungkin terpapar COVID-19. Angka 17 persen ini sangat tinggi. Karena 17 persen dari 270 juta jiwa warga negara setara 44,9 juta orang," papar Doni.
Kondisi tersebut bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya karena masalah sosialisasi dan banyak masyarakat belum mendapat informasi secara utuh terkait COVID-19. Karena itu, Doni mengajak masyarakat memahami bahaya COVID-19. Protokol kesehatan, lanjutnya, adalah cara paling efektif mencegah penularan.
"COVID-19 ini nyata. Bukan rekayasa. COVID-19 bukan konspirasi. Korban jiwa secara global mencapai lebih dari satu juta orang dan yang terpapar COVID-19 lebih dari 35 juta orang, di Tanah Air kita pun angkanya sangat besar sudah lebih dari 300 ribu orang yang terpapar COVID-19 dan yang wafat yang meninggal sudah lebih dari 11.000 orang, termasuk para dokter yang gugur dalam melakukan tugasnya," pungkas Doni. (rh/zul/fin)