Diprediksi akan muncul penyebaran COVID-19 melalui klaster demo. Diperkirakan lonjakan akan mencapai 7.000 orang per hari.
Ketua Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), M Adib Khumaidi berpendapat aksi demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja berpontensi memunculkan klaster baru. Dampaknya akan ada lonjakan kasus positif COVID-19 di Tanah Air.
Dijelaskannya potensi klaster penyebaran COVID-19 dari aksi demo karena peristiwa demonstrasi mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang. Dan umumnya mereka tidak hanya mengabaikan jarak fisik, tapi juga tidak mengenakan masker.
"Berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama COVID-19," katanya, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (9/10).
Terlebih, kemungkinan banyak peserta demo yang datang dari kota atau wilayah yang berbeda. Bahkan bukan tidak mungkin datang dari daerah terindikasi zona merah COVID-19.
"Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya," ujarnya.
Dikatakannya, pihaknya tidak punya kewenangan untuk menilai mengapa harus terjadi demo. Namun, sebagai tenaga kesehatan dan berada di garda terdepan penanggulangan COVID-19, IDI hanya mengingatkan potensi penyebaran virus yang mematikan tersebut.
"Dalam hal ini, kami menjelaskan kekhawatiran kami dari sisi medis dan berdasarkan sains, hal yang membuat sebuah peristiwa terutama demonstrasi berisiko lebih tinggi daripada aktivitas yang lain. Bahkan, diperkirakan akan terjadi lonjakan masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang," paparnya.
Dijelaskannya, dalam kondisi saat ini, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien COVID-19 yang terus bertambah. Bahkan, selama pekan pertama Oktober 2020 sudah ada 5 dokter yang gugur akibat COVID-19. (lengkapnya lihat grafis)
"Sehingga total ada 132 dokter wafat akibat Covid. Para dokter yang wafat," ujarnya.
Ini terjadi karena lonjakan pasien COVID-19 terutama orang tanpa gejala (OTG) yang mengabaikan perilaku protokol kesehatan di berbagai daerah juga meningkat.
Bahkan, klaster-klaster baru penularanCOVID-19 terus bermunculan dalam beberapa minggu terakhir karena sejumlah wilayah di Indonesia mulai melepas PSBB. "Termasuk, peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini," ucapnya.
Ditegaskannya, hingga hari ini Jumat (9/10), di tingkat internasional, Indonesia berada di posisi ke-21 negara penyumbang kasus positif dan ke-17 kasus kematiannya. "Peringkat yang terus merayap naik," tegasnya.
Epidemiolog UI Tri Yunis Miko Wahyono membenarkan prediksi akan adanya lonjakan kasus COVID-19 paska demo besar-besaran. Bahkan bisa mencapai 7000 kasus baru per hari.
"Di kerumunan demonstran kan mungkin saja ada kasus OTG atau gejala ringan, terbukti ada banyak yang positif. Saya tidak bisa membayangkan penambahan kasus di Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar yang banyak terjadi demo. Probabilitas penularannya besar. Penambahan kasus COVID-19 di 3-7 hari ke depan akan semakin banyak," katanya.