WI - Beban masyarakat makin bertambah. Di tengah pandemi Covid-19, 30 desa yang tersebar di 5 kecamatan di Kabupaten Tegal mengalami kesulitan air bersih. Sumur milik warga sudah banyak yang mengering, sehingga air bersih sulit didapat.
Ketua PMI Kabupaten Tegal Imam Sisworo, Sabtu (3/10) mengatakan, akibat dari sumur mengering, terpaksa warga harus membeli air isi ulang untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari. Sebanyak 30 desa itu memang kerap mengalami kekeringan setiap musim kemarau. Meski begitu, Pemkab Tegal dan PMI tidak tutup mata. Pihaknya selalu menyalurkan bantuan air bersih bagi warga yang membutuhkan.
"Saat ini yang minta bantuan air bersih baru dua desa, yaitu Desa Banjar Agung Kecamatan Warureja dan Desa Kertasari Kecamatan Suradadi. Bantuan sudah disalurkan," katanya.
Desa yang selalu mengalami kekeringan, tambah Imam Sisworo, itu tersebar di 5 kecamatan. Rinciannya, di Kecamatan Suradadi ada 5 desa, yakni Desa Kertasari, Jatimulya, Gembongdadi, Harjasari dan Purwahamba. Kemudian di Kecamatan Warureja juga 5 desa, antara lain Desa Kreman, Banjaragung, Rangimulya, Banjarturi dan Kedungkelor. Selanjutnya di Kecamatan Jatinegara sebanyak 13 desa. Yakni, Desa Tamansari, Capar, Lembahsari, Lebakwangi, Jatinegara, Dukuhbangsa, Wotgalih, Sumbarang, Gantungan, Kedungwungu, Luwihjawa, Mokaha dan Cerih.
Sedangkan di Kecamatan Kedungbanteng hanya 3 desa, yaitu Desa Semedo, Karanganyar dan Penujah. Sementara di Kecamatan Balapulang 4 desa, antara lain Desa Harjawinangun, Karangjambu, Danawarih dan Sesepan.
"Setiap musim kemarau, desa-desa itu selalu kekeringan. Makanya PMI selalu standbye bila sewaktu-waktu ada permintaan dari masyarakat," tambahnya.
Bagi warga yang kesulitan air bersih, lanjut Imam Sisworo, supaya melaporkan ke PMI atau BPBD. Sehingga pihaknya bisa menyalurkan air bersih.
Karena baik BPBD maupun PMI siap membantu air bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sementara itu, salah satu warga Desa Banjaragung Wahyudi (42) mengaku kesulitan mendapatkan air bersih sejak satu bulan terakhir. Selama itu pula, pihaknya hanya mengandalkan air isi ulang yang dibelinya di desa tetangga. Hampir setiap hari dirinya bersama warga lain membeli air isi ulang. Karena sumur miliknya sudah kering. (guh/ima)