Pemerintah diminta mendesain ulang kebijakan pemulihan ekonomi nasional sebelumnya yang dinilai tidak cukup efektif. Jika tidak ada kebijakan luar biasa, maka bukan tidak mungkin di kuartal selanjutnya ekonomi Indonesia makin nyungsep.
"Harus out of the box (kebijakan ekonominya) dari situasi normal. Kalau seperti yang kemarin-kemarin bisa-bisa Q4 (kuartal IV) makin negatif," ungkap Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/9).
"Apalagi vaksin baru akhir tahun 2021. Sedangkan resesi sudah sekarang terjadi. Maka perlu kebijakan yang luar biasa," demikian Gde Siriana Yusuf.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 dipastikan bakal negatif mengkonfirmasi ramalan banyak pihak tentang resesi yang juga menimpa tanah air akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan proyeksi yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi domestik berada di kisaran minus (-) 2,9 persen hingga minus (-) 1 persen.
Namun banyak pihak yang mulai bertanya-tanya, langkah apa yang bakal diambil pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi ini.
"Jika menkeunya sudah ramal Q3-2020 negatif, sebenarnya de facto RI sudah resesi. Yang ditunggu rakyat sekarang adalah bagaimana strategi adaptasi pemerintah dalam situasi resesi," ujar Gde Siriana. (rmol.id/ima)