Breath holding spell merupakan kondisi henti napas. Salah satu pemicunya adalah ketika anak terkejut.
Terkejut bisa memberi dampak kurang baik pada bayi atau anak, karena dapat membuatnya henti napas. Spesialis Anak RSIA Paramount, dr. Ivonne Friska Tiwow, SpA menjelaskan, breath holding spell dapat terjadi saat seorang anak merasa ketakutan, marah, kesal, dan mengalami rasa sakit yang tiba-tiba.
“Terutama saat dia lagi terkejut,” katanya.
Hal tersebut juga bisa tiba-tiba terjadi pada si kecil, ketika menangis tidak memakai suara, tahan napas, dan mukanya membiru. Kadang juga terjadi saat anak ngambek karena keinginannya tidak terpenuhi.
“Kondisi ini tidak berbahaya dan hilang sendiri saat anak bertambah besar,” katanya.
Biasanya anak yang mengalami breath holding spell memiliki orangtua atau keluarga yang waktu kecil juga mengalami hal tersebut. Terjadi saat anak usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Saat terjadi henti napas pada bayi, orang tua hendaknya tetap tenang. Ivonne menyarankan, selama breath holding spell, lindungi dan biarkan si kecil berbaring di permukaan yang rata.
Lalu kompres menggunakan waslap basah yang dingin. Lakukan hingga si kecil mulai bernapas lagi.Kemudian pastikan untuk mengukur berapa lama periode terjadi.
Berikan pelukan singkat setelahnya, terutama jika breath holding spell diawali karena amarah. “Terpenting buatkan daftar semua perilaku yang dicurigai sebagai pemicu,” katanya.
Spesialis Anak Siloam Hospitals Makassar, Dr dr Bob Wahyudin, SpAK, CIMI menambahkan, bahwa kondisi itu terjadi di luar kesadaran si kecil, sehingga bayi tidak akan bisa mengendalikannya. “Biasanya breath holding spell berlangsung selama kurang dari satu menit, Tetapi tidak membahayakan bayi,” katanya.
Hanya saja, salah satu dampak yang sangat ekstrem, adalah bayi mengalami kejang. Namun, kejang tidak menyebabkan bahaya jangka panjang atau menempatkan si kecil pada risiko mengembangkan gangguan kejang.
Bob menambahkan, jika si kecil telah mengalami henti napas, konsultasi segera ke dokter. Si kecil perlu mendapatkan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui apa penyebabnya. Jangan sampai ada permasalahan serius yang sering membuat dirinya ketakutan.
Juga jangan terlalu memanjakan jika anak mengalami frustasi. Cukup dengan memberikan pendampingan yang baik. (*)