Meski harga jual masih belum sesuai harapan, namun panen raya tembakau tetap dilakukan oleh para petani yang ada di lereng Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Prau. Sebab jika tidak dipanen maka kerugiannya akan semakin besar.
Tarom salah satu petani tembaku asal Kecamatan Tretep menuturkan, harga jual tembakau rajangan kering saat ini masih sangat jauh dari biaya tanam hingga masa panen. Bahkan harga tembakau di awal panen raya lalu jauh di bawah ongkos produksi.
“Jika dilihat dari seluruh biaya, memang harganya tidak masuk, sekarang paling mahal harga jual tembakau Rp60 ribu per kilogram,” keluhnya, Rabu (16/9).
Menurutnya, untuk menutup seluruh biaya, minimal harga jual tembakau antara Rp70.000 hingga Rp90.000 per kilogram. Namun pada kenyataannya sekarang harga jual tembakau masih belum sesuai harapan petani.
Adapun biayanya, Tarom merincikan, dalam satu hektar tanaman tembakau bisa mencapai Rp65 juta. Biaya tersebut belum termasuk biaya saat menjual tembakau rajangan kering ke tengkulak atau perwakilan gudang di Temanggung.
“Biaya saat penjualan tembakau itu juga cukup banyak, ada biaya transportasi, biaya tumplek dan biaya yang lainnya, kira-kira dalam satu kerajang paling tidak kena biaya Rp80 ribu sampai Rp100 ribu,” ujarnya.
Padahal dalam satu hektar tanaman tembakau, lanjut dia, paling bagus hanya memproduksi tembakau rajangan kering antara 800 hingga 900 kilogram. Dengan harga jual tembakau saat ini yang hanya Rp60 ribu per kilogram, maka petani masih rugi banyak.
“Kalau harganya cuma Rp60.000, sudah bisa dipastikan bangkrut, tidak balik modal,” tuturnya.
Senada juga dituturkan oleh Sulaiman petani tembakau lainnya, hingga saat ini harga tembakau belum mengalami perubahan seperti harapan petani. Harga jual masih bertahan di harga Rp60.000 per kilogram, dan harga tersebut untuk tembakau dengan kualitas terbaik.
“Pada kondisi normal seperti tahun sebelumnya, dengan kualitas seperti saat ini harga jual tembakau sudah lebih dari Rp100.000 per kilogram,” ungkapnya.
Ia mengaku tidak tahu secara persis penyebab turunnya harga tembakau saat ini. Jika memang karena kualitas tembakau yang menurun sepertinya tidak mutlak. Sebab cuaca saat panen raya ini sangat mendukung sekali.
Selain itu katanya, tembakau yang ditanam petani sebagian besar adalah varietas kemloko, di mana varietas ini merupakan tembakau asli Temanggung yang sangat digemari oleh pabrikan rokok.
“Kalau karena hujan di awal bulan Agustus lalu, sepertinya juga tidak mungkin, karena setelah hujan itu sampai sekarang juga sudah tidak pernah hujan lagi, kalau soal kemurnian tembakau, petani saat ini sudah mencoba menanam tembakau varietas yang diinginkan pabrikan,” tuturnya.
Ia berharap, di pertengahan hingga akhir panen raya tembakau mendatang, harga tembakau bisa naik, sehingga petani tidak begitu banyak dirugikan. Namun jika harganya stabil seperti ini atau bahkan turun lagi, maka petani bisa dipastikan akan merugi sangat banyak.
“Kalau panen pasti akan kami selesaikan, kalau tidak kami akan semakin rugi. Harapan kami pabrikan bisa lebih mengerti kondisi petani saat ini, sehingga bisa menaikkan harga beli tembakau dari petani,” harapnya. (set/zul)