Sementara Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP PDPI) Erlina Burhan, mengatakan pihaknya kelelahan menangani pasien COVID-19 mengingat jumlah dokter paru yang sedikit.
Belum lagi, dari angka 1.206 dokter paru itu, tidak semuanya bisa bertugas mengingat faktor usia.
"Kita PDPI ini sungguh diminta perannya dan memang harus kita akui bahwa kita memang sudah kelelahan, sebaran dokter paru tidak merata, karena dokter paru ini jumlahnya sedikit, tidak cukup untuk mengatasi kasus Covid-19 yang angkanya terus meningkat," katanya.
Sedangkan akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Eka Ginanjar mengatakan lingkaran setan penyebab tingginya kematian pada tenaga kesehatan (nakes) dimulai dari pasien COVID-19 yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan overload dan overcapacity di rumah sakit.
"Pasien Covid-19 tidak terkendali maka Healthcare System Capacity akan overloaded dan exhausted. Perawatan Covid-19 penuh dan pasien menumpuk," ujarnya dalam cuitan akun Twitter @Dr_EKG.
"Angka kematian pasien Covid-19 meningkat, nakes banyak yang terpapar dan terdampak sampai meninggal, kapasitas pelayanan pasien non-COVID-19 menurun, berdampak pada meningkatnya kematian pasien non-covid-19," imbuhnya. (gw/zul/fin)