Polwan dan Tantangan ke Depan

Rabu 02-09-2020,09:10 WIB

Oleh: Hamidah Abdurrachman**)

Kesatuan polisi wanita di Indonesia pertama kali dihadirkan pada 1 September 1948, tepat hari ini 72 tahun silam. Kala itu, anggota Polwan cuma ada 6 orang saja.

Dikutip dari jurnal Dharmasena terbitan Pusat Penerangan Pertahanan dan Keamanan (1995), keenam calon petugas wanita itu menjalani pelatihan sebagai inspektur polisi bersama dengan 44 peserta pria (hlm. 21).

Mereka mulai mengikuti pendidikan di SPN Bukittinggi pada 1 September 1948, yang kemudian ditetapkan sebagai hari kelahiran polwan di Indonesia. Enam polisi wanita perintis ini juga menjadi anggota Angkatan Bersenjata RI perempuan pertama. 

Setelah 72 tahun bagaimana polwan sekarang? satu hal yg membuat bangga adalah jumlah polwan meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah personel Kepolisian Republik Indonesia bertambah 27.012 menjadi 470.391 pada tahun 2019. Ada peningkatan 5,7% dibanding 2018 yang hanya 443.379 personel.

Peningkatan tersebut lebih besar ketimbang 2016-2018. Pada 2016 ke 2017, peningkatannya 1.712. Lalu, dari 2017 ke 2018 hanya bertambah 186 orang.
Jumlah ini tentu terbilang kecil dibandingkan jumlah keseluruhan polisi Indonesia.

Janji kapolri Idham Aziz untuk menempatkan polwan pada jabatan strategis mengisyaratkan kepedulian beliau thd keberadaan polwan selama ini yg terkesan hanya mengurusi administrasi saja.

Polwan ke Depan

saya lebih senang kalau tidak ada lagi sebutan polwan, mereka semua adalah polisi Indonesia. Dengan istilah polisi saja maka semua prosedur untuk mndapatkan jenjang karir dan promosi misalnya tidak lagi melihat polwan, namun seorang polisi yang kapabel. 

Ketika memasuki era global maka polisi dituntut untnk menguasai semua teknologi informasi sehingga dalam fungsinya utk melayani, melindungi, dan mengayomi masyarakat dapat dilakukan dengan gerak cepat (gercep). 

Apalagi trend kejahatan yg berkembang seiring meningkatnya teknologi informasi, polisi indonesia hrs mampu mengantisipasi serta memcegah meluasnya kejahatan dunia maya.

Polwan versus Budaya Patriarki 

Ini bagian yang menakutkan buat saya, karena budaya patriarki telah menempatkan perempuan sebagai warga nomor dua. Kompetensi laki-laki dengan mudah diakui, sedangkan perempuan harus mendapatkannya melalui perjuangan yang panjang.

Budaya patriarki merupakan hambatan terbesar bagi perempuan untuk maju. Sebagai sebuah budaya tentu tidak mudah untuk mengubahnya. Perempuan polisi indonesia, bisa menerobos budaya patriarki dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh institusi untuk meletakkan perempuan setara dengan laki-laki.

Organisasi Polri harus melindungi perempuan polisi indonesia dari berbagai streotipe dan perlakuan yang bias gender. Seperti kasus yang terjadi di Selayar, Sulsel. Polisi-polisi mengalami pelecehan oleh atasannya, bahkan sebelumnya sebagai korban tindakan atasannya, perempuan polisi ini yang harus menjalani proses penegakan disiplin.

Tags :
Kategori :

Terkait