”Selain itu, juga pergerakan nilai tukar dolar yang cukup signifikan sehingga Pertamina mengalami kerugian kurs mencapai 211 juta dolar AS,” jelasnya.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyesalkan kerugian yang dialami Pertamina. ”Ya mestinya pendapatan Pertamina dari penjualan BBM meningkat pesat. Penurunan lifting minyak merupakan penyumbang terbesar terhadap penurunan penjualan ekspor migas, yang menyebabkan Pertamina merugi,” ungkap Fahmy.
Apa pun bentuknya, yang pasti Ahok harus mempertanggungjawabkan hasil yang didapat Pertamina. ”Dalam waktu dekat DPR akan memanggil dalam Rapat Dengan Pendapat (RDP). Minggu depan minta penjelasan bagaimana mereka mengantisipasi kinerjanya, termasuk apa saja yang menjadi daya dukung dan daya dorong agar kinerjanya pulih,” tegas Wakil Komisi VII DPR Eddy Soeparno.
Eddy yang merupakan Sekretaris Jenderal PAN ini menduga kerugian Pertamina tidak lain dari dampak sentimen negatif dari pandemi Covid-19 yang merontokkan seluruh persendian ekonomi Tanah Air. Oleh karena itu ia yakin Pertamina akan rebound dan mendapatkan keuntungan besar jika pemerintah mampu mengatasi pandemi Covid-19 secara baik.
Eddy menjadi faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. ”Ada normalisasi tapi tidak pada tahap normal pra-Covid. Jadi memang kalau ada rebound, kembali lagi, kami belum sempat bertanya lagi dengan Pertamina,” katanya. (fin/zul/ful)