Rencana Pangeran Arab Saudi Muhammed bin Salman (MBS) dan koleganya mengakuisisi Newcastle United menggemparkan jagat Inggris. Dengan kehadiran negara petro dollar, taipan minyak asal Timur Tengah bertambah.
Saat ini, baru milyuner asal Abu Dhabi, Khaldun Mubarak yang sukses mencoba peruntungan. Ia memiliki 78 persen saham Manchester City. Lewat tangan PCP Capital Partners, perusahaan MbS yakni Saudi Arabia’s Public Investment Fund (PIF) akan mengakuisisi 80 persen saham klub.
Sementara 10 persen lainnya dimiliki PCP dan Reuben Brothers. Nilai yang didapat Newcastle pun demikian fantastis yakni Konsorsium pemodal ini dikabarkan USD 391 juta dolar (Rp 5,7 triliun).
Sejak April lalu, proses akuisisi tersebut terus berjalan. Posisi Newcastle yang berakhir di peringkat 13, membuat mereka sangat membutuhkan dana segar.
Pasalnya, jika pembelian ini Anggaran tersebut tidak hanya bisa menutupi utang operasional The Magpies (julukan Newcastle), melainkan dana segar untuk membeli pemain pilihan terbaik mereka. Setidaknya mendongkrak peringkat mereka ke 10 besar.
"Kami meminta harus ada kejelasan mengenai ini (akuisisi). Kami butuh agar klub ini maju ke depan," ucap pelatih Newcastle, Steve Bruce.
"Apapun yang terbaik untuk Newcastle, saya setuju. Apakah saya akan tetap melatih di sini? Saya harap begitu," kata dia.
Namun keinginan Bruce harus pupus begitu saja. Tepat di hari Idul Adha, Pangeran MbS membuat kegemparan. Dengan spontan, mereka batal mengakuisisi Newcastle United, Jumat (31/7)
Dilansir dari Aljazeera, pihak MbS mengakui, proses akuisisi yang bertele-tele, membuat mereka membatalkan pembelian tersebut. "Dengan rasa hormat atas penghargaan masyarakat Newcastle, kami dengan berat hati menarik minat kami membeli Newcastle United Football Club," demikian bunyi pernyataan pers, kemarin.
Selain alotnya urusan pembelian, mereka juga melihat pandemi yang belun berakhir membuar rencana investasi di klub bola tersebut tidak relevan lagi.
Diketahui, sebenarnya proposal pembelian klub tersebut memang sudah dibahas oleh dewan pengurus Liga Premier. Dilansir dari The Guardian, ada dua hal yang menjadi ganjalan adalah tuduhan pembajakan hak siar Liga Inggris yang dilakukan Arab Saudi, serta hak asasi manusia.
Lembaga HAM Internasional, Amnesty International mengultimatum pengurus Liga Utama Inggris untuk menolak proposal dari Arab Saudi tersebut.
Mereka menuding MBS terlibat dalam pembunuhan terhadap wartawan koran Washington Post Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Hal inilah yang membuat pemilik PCP Capital Partners yang juga rekanan MBS, Amanda Staveley geram. Ia turut menyalahkan Premier League sebagai biang kegagalan ini.
"Kami jelas-jelas patah hati. Mereka (Premier League) sejatinya sudah mengetahui ini dan punya kesempatan. Sayangnya, mereka menuding kami tidak mau menjawab tuduhan itu. Padahal kami bisa menjawabnya," katanya kepada The Times.