Dinilai karena tak paham budaya korporasi, pentolan aktivis 98 Adian Napitupulu sudah blunder terkait pernyataannya menyoal adanya ribuan nama titipan untuk menjabat sebagai komisaris di perusahaan pelat merah.
Hal ini disampaikan Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang komunikasi publik Arya Sinulingga, Jumat (24/7) seperti dilansir dari JPNN.
Arya menuturkan, mana ada perusahaan yang pernah membuka lowongan pekerjaan untuk direksi dan komisaris di media ataupun diumumkan secara terbuka di publik.
Kalaupun ada perusahaan yang membuka lowongan kerja direksi atau komisaris, sambung Arya, itu sangat jarang. Karena itu, Arya menyebut Adian tidak memahami budaya korporasi.
"Perusahaan mau Google mau siapa kek mau perusahaan besar atau Alibaba itu yang mencari komisaris atau direksinya ya mana pernah terbuka. Jadi lucu, ini bukan jabatan publik. Ini kan posisi korporasi, jadi saya bisa menyatakan bahwa Bung Adian Napitulu ini jadi banyak blundernya. Karena tidak paham budaya korporasi," ucap Arya dalam pernyataannya.
Arya lantas membeberkan cara Kementerian BUMN dalam menjaring komisaris maupun direksi di perusahaan pelat merah.
"Orang punya track record apalagi direksi, begitu juga dengan komisaris yang punya kekuatan dalam pengawasan atau juga punya pengalaman di perusahaan-perusahaan sebelumnya. Karena (Adian-red) gak paham budaya korporasi akhirnya menuduh, padahal kita tahu semua ada proses-prosesnya. Yang namanya direksi dan komisaris itu dipilih ada prosesnya mencari orang yang tepat, orang yang memang punya kemampuan dan punya latar belakang di industri tersebut," beber dia.
"Dan itu dicari oleh Kementerian BUMN dari profesional-profesional juga untuk anak perusahaannya dan diajukan kepada Kementerian BUMN. Begitu prosesnya. Dan memang semua perusahan akan begitu," imbuh Arya. (chi/jpnn/ima)