Viral Klepon Tidak Islami, Ternyata Begini Filosofinya

Rabu 22-07-2020,20:33 WIB

Jagat media sosial dihebohkan dengan meme klepon tidak Islami yang tidak jelas sumbernya. Namun, tak banyak yang tahu. Ternyata dilihat dari segi sejarah dan filofosinya, klepon memiliki arti yang luar biasa. Karena menjadi kudapan masyarakat Indonesia sejak tahun 1950- an.

Sejarahrawan pantura yang juga menjabat sebagai Kabid Kebudayaan Kabupaten Brebes Wijanarto mengatakan, jajanan pasar klepon sesuai dengan literatur di Indonesian Gastronomy, lebih populer dan merakyat dibandingkan makanan bakpia, laptonya dan wingko di Semarang. Makanan ini populer pertama kali di wilayah Pasuruan, Provinsi Jawa Timur sekitar tahun 1950- an. 

Kemudian merakyat dan memiliki turunan seperti cenil. Orang Sulawesi menyebutnya onde-onde. Sementara di Sumatera sama namanya yaitu klepon. 

"Di Provinsi Bali ada juga, tetapi ujungnya tidak bulat, ujungnya berbentuk melengkung. Setelah dilacak munculnya klepon di Pasuruan, tetapi klepon juga ada di beberapa daerah," kata Wijanarto. 

Wijanarto menerangkan, di negara tetangga Malaysia dikenal dengan buah malaka. 

"Sebenarnya klepon memiliki filosofi yang luar biasa. Menurut Gastronomy kalau dilihat dari adonannya, ada serabut kelapa yang berwarna putih yang berarti kesucian," terangnya. 

Karena parutan kelapa membutuhkan kegigihan, dari proses memetik buah kelapa, mengupas, memarut dan mencampur ke dalam adonan klepon. 

Kemudian warna hijau, identik dengan warna kesuburan yaitu ijo royo-royo. Kemudian manisnya dari gula merah yang memiliki filosofi saling mendukung. 

"Apalagi pewarnaannya dibuat dari daun pandan yang wangi dan memiliki cita rasa," ungkap Wijanarto. 

Wijanarto menjelaskan, klepon bukan hanya memiliki cita rasa makanan, tetapi bentuk kegotongroyongan yang menghasilkan kudapan spesial. Karena kudapan ini dihidangkan dalam perjamuan suatu hajatan seperti pernikahan atau sunatan. Klepon dihidangkan untuk membuat tamu menjadi senang. Dan konon orang yang sakit bisul dapat meleleh dan mencair atau bisul pecah. Saat memakan jajanan klepon tersebut. 

"Ada yang menyebut klepon tak Islami itu tidak benar. Karena tidak bisa dipertanggungjawabkan menilainya dari konteks yang mana, karena kalau dilihat proses dan pembuatannya membutuhkan kegigihan," jelas Wijanarto. (mei/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait