Telah terjadi pergeseran pola transaksi yang dilakukan konsumen saat ini. Di tengah pandemi Covid-19 tren masyarakat berbelanja melalui online. Karenananya, pemerintah menargetkan keuntungan dari ekonomi digital ini bisa mencapai USD133 miliar pada 2025 mendatang
"Kita melihat ekonomi digital akan terus berkembang. Pemerintah sendiri menargetkan keuntungan dari ekonomi digital mencapai USD133 miliar pada tahun 2025," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir dalam video daring, kemarin (21/7).
Hanya saja, meski jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) besar, namun jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan platform digital masih rendah. Ini adalah PR pemerintah yang harus diatasi segera.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini jumlah UMKM yang menjajaki pasar digital baru mencapai 13 persen atau sekitar 8 juta usaha. Sementara, total jumlah UMKM di Tanah Air mencapai 64,19 juta. Di mana sebanyak 63,35 juta diantaranya ialah pelaku usaha mikro.
Dengan jumlah tersebut sektor UMKM bisa menyerap sampai 97 persen tenaga kerja di dalam negeri. UMKM juga berkontribusi sebesar 61,07 persen terhadap produk Produk Domestik Bruto (PDB). Terkait hal ini, pemerintah menargetkan 10 juta UMKM sudah online hingga akhir tahun 2020. Artinya, pemerintah masih mengandalkan UMKM dalam mendorong perekonomian nasional.
Apalagi di tengah pandemi Covid-19, penjualan melalui digital bisa terdongkrak, dan biaya promosi jauh lebih murah ketimbang secara konvensional. "Agar ekonomi kita bangkit, UMKM harus bisa survive. Jadi, solusinya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi ya dengan cara UMKM go online," ucapnya.
Sementara Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan penjualan berbais digital bisa mempercepat pemulihan ekonomi nasional. "Pelaku UMKM kita baru 13 persen yang online atau 8 juta. Untuk itu UMKM yang belum jualan ke online untuk secepatnya berbasis digital. Sebab bisa mempercepat recovery ekonomi kita," katanya.
Terpisah, pengamat pemasaran Inventure Consulting Yuswohady mengatakan terdapa 11 sektor bisnis naik daun di tengah bencana nasional pandemi Covid-19. Di antaranya, groseri atau belanja bahan makanan, logistik dan pengiriman, perdagangan elektronik atau e-commerce, hingga jasa layanan antar makanan.
"Saat berdiam diri di rumah ekonomi lahir, awalnya kita tidak mungkin lagi keluar rumah, semua orang harus di rumah. Social distancing ini akan melahirkan new normal," pungkasnya. (din/zul/fin)