Bocornya data pribadi pegiat media sosial, Denny Siregar nampaknya mengundang banyak pertanyaan dari banyak kalangan. Terutama pada sistem keamanan informasi dan data telekomunikasi di Telkomsel.
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono, Sabtu (11/7) mengatakan, selama ini publik menduga security sistem informasi di Telkomsel akan sulit ditembus.
"Apalagi formatnya menggunakan metode berlapis, sehingga tidak sembarangan orang memiliki akses untuk membobolnya," ujarnya dikutip dari Pojoksatu.
Namun, dugaan itu jauh dari ekspektasi. Data pribadi Denny Siregar di Telkomsel justru dibobol karyawan outsourcing GraPari Telkomsel di Surabaya berinisial FPH.
“Anda bisa bayangkan pekerja outsourcing atau kontrak saja bisa dengan mudah. Kalau data yang dibobol hanya punya Denny Siregar, bagaimana dengan data aktivis atau tokoh lain di republik ini. Bisa jadi, percakapan menteri sampai presiden bisa juga disadap,” ujar dia.
Ditambahkan Arief Poyuono, dari keterangan dari Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri tentu bisa diambil kesimpulan, bahwa selain FPH yang telah ditangkap, dari kasus ini bisa memunculkan tersangka lain.
“Ini bukan kasus sembarangan lho. Bukan persoalan siapa tersangkanya. Tapi Anda bayangkan saja, seseorang bisa mencomot kapan saja data penting di Telkomsel yang bisa saja untuk kepentingan politik dan tujuan tertentu. Maka saya kira kasus ini bisa menyeret tersangka lain,” ucapnya.
Arief Poyuono mengapresiasi kerja Tim Siber Bareskrim, dalam mengungkap pembobolan data penguna Telkomsel.
Dipastikan, pembobol data yang merupakan pegawai outsourching merupakan perbuatan pribadi dan untuk kepentingan pribadi.
Menurut Arief Poyuono, belajar dari kasus ini, manajemen Telkomsel harus melakukan screening kepada para pegawai yang punya akses dan bertanggungjawab atas semua data pelanggan. Ini penting agar pegawai tersebut benar-benar dipastikan tidak tercemar moral buruk dan demi menjaga kerahasiaan pelanggan.
Ditambahkannya, ini juga harus jadi pelajaran penting bagi Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan screening yang dilakukan olen Badan Intelejen Negara (BIN) terhadap para direksi BUMN yang ditempatkan.
“Karena bukan hanya sektor telekomunikasi yang merupakan sektor strategis, tapi banyak juga yang lain seperti sektor perbankan, energi, jasa pelabuhan dan lain-lain,” demikian Arief Poyuono. (rmol/pojoksatu/ima)