KBRI Riyadh memulangkan 18 WNI korban TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) dari rumah singgah sementara ‘Ruhama’ Riyadh, Arab Saudi.
Pemulangan tersebut melalui repatriasi mandiri WNI dengan penerbangan khusus. Pasalnya, Pemerintah Arab Saudi masih berlakunya kebijakan penutupan penerbangan internasional.
Dari 18 WNI yang dipulangkan dengan Lion Air ini, tercatat 15 orang berasal dari Jawa Barat, dua dari NTB, dan satu orang dari Banten.
Namun, dari ke-18 WNI kurang beruntung yang dipulangkan KBRI Riyadh, seorang di antaranya mengidap penyakit kanker ganas, sementara seorang lainnya menderita sakit tumor.
Total 311 orang yang dikordinasikan oleh KJRI Jeddah diterbangkan dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah dengan Lion Air hari ini, Kamis (9/7).
Salah seorang PMI yang ikut repatriasi dari Riyadh, Ika (29 tahun), mengaku berangkat ke Arab Saudi karena janji manis sponsor atau calo yang datang ke kampungnya di Cianjur menawarkan pekerjaan di luar negeri dengan kerja ringan dan gaji tinggi.
"Saya cuek saja, tak memperhatikan kesehatan atau lainnya. Saya juga tidak tahu akan bekerja dengan siapa atau di mana," ujar Ika, dalam keterangan tertulis KBRI Riyadh, Kamis (9/7).
Nahasnya, baru dua bulan bekerja di Arab Saudi, Ika dinyatakan mengidap penyakit tumor. Sponsor atau calo yang dulu menawarinya bekerja di luar negeri tak mau tahu dan tak mau bertanggung jawab atas kondisinya saat ini.
"Kan kamu yang ingin kerja, saya kan memberi jalan saja, saya tidak tahu kalau kemudian mau sakit atau mau gimana," tutur Ika, menirukan jawaban calo yang mengurus pemberangkatannya.
Setelah mendapat aduan dari Ika, KBRI Riyadh segera berkoordinasi dengan perusahaan setempat yang mendatangkan Ika. Beruntung, perusahaan tersebut tidak mempersulit dan tidak meminta ganti rugi atas rencana pemulangan Ika. Akhirnya ia bisa diikutkan dalam penerbangan khusus tersebut.
Selain Ika, korban TPPO bernama Iis (17 tahun) asal Purwakarta juga mengalami nasib sama. Iis menjadi korban janji manis para sponsor dan calo yang berkeliaran di berbagai daerah.
"Awalnya menurut saja saat usia saya dipalsukan 5 tahun lebih tua menjadi 22 tahun agar memenuhi syarat. Kata si calo itu, tidak masalah, yang penting bisa berangkat dan hasilnya pasti bagus," ujar Iis.
Ketika bekerja di Arab Saudi, Iis mendapatkan majikan yang tidak baik. Lantas ia pun nekat kabur dari rumah majikan, dan beruntung bisa menghubungi nomor telepon KBRI Riyadh.
"Saya berterima kasih sekali dengan Tim KBRI Riyadh yang membawa saya ke shelter penampungan KBRI," katanya.
Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel menjelaskan, bahwa dari pengalaman selama ini banyak perusahaan atau perorangan di Arab Saudi meminta ganti rugi biaya mendatangkan WNI hingga Rp100 juta, jika WNI minta dipulangkan sebelum habis kontrak.