Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah merancang kurikulum baru untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum baru tersebut, akan dibuat lebih sederhana sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud, Wikan Sakarinto mengatakan, bahwa pihaknya sedang merancang kurikulum SMK yang baru dan lebih simpel dan match karena disusun bersama industri.
"Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensi hard skill dan soft skill secara seimbang," kata Wikan dalam Webinar di Jakarta, Rabu (1/7)
Untuk mendukung rancangan kurikulum tersebut, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Mitras DUDI) Kemendikbud meluncurkan program Up skilling dan Re-skilling bagi 2.160 guru kejuruan SMK.
Wikan menyebut, program ini penting dalam hal meningkatkan 'pernikahan' antara sekolah vokasi dan dunia usaha dunia industri (DUDI). "Program tersebut sangat strategis untuk mendukung 'pernikahan massal' yang tahun ini digaungkan Direktorat Pendidikan Vokasi," ujarnya.
Menurut Wikan, peningkatan kualitas pendidikan vokasi tidak akan terwujud tanpa adanya keselarasan atau lebih dikenal dengan istilah link and match dengan kebutuhan DUDI. Dalam hal ini, Direktorat Mitras DUDI Kemendikbud akan menjadi 'mak comblang' yang akan menikahkan pendidikan vokasi dengan DUDI.
"Pernikahan Massal" ini dilakukan baik di tingkat SMK, Perguruan Tinggi Vokasi (PTV), maupun lembaga kursus dan pelatihan guna menghasilkan SDM vokasi yang unggul," terangnya.
Wikan menuturkan, bahwa perkembangan teknologi di industri saat ini begitu cepat. Dengan demikian, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri.
"Salah satunya, dilakukan melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school. Meski pembelajaran SMK tetap 60 persen mengedepankan praktik, tetapi seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori dikontekstualisasi dengan kondisi riil di industri," tuturnya.
Wikan menginginkan, guru SMK tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang superstar.
"Mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadership, ability, dan kemampuan komunikasi," imbuhnya.
Pelaksanaan program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK sendiri didasarkan pada pemetaan empat bidang Cluster Center of Excellence (CoE) SMK. Meliputi bidang manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service.
Pemilihan CoE tersebut telah mempertimbangkan tren perkembangan industri dan kapasitas penyerapan tenaga kerja. Secara total, terdapat 21 kompetensi keahlian di SMK yang masuk dalam kriteria program ini.
Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK akan dilakukan secara online learning dan blended learining sesuai dengan kompetensi dan keterampilan kejuruan yang akan dicapai guru. Pelatihan selama 2-4 bulan ini terbuka bagi guru SMK yang memiliki usia di bawah 50 tahun dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
Sementara itu, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemendikbud, Ahmad Saufi menambahkan, bahwa saat ini kesempatan lulusan SMK langsung diterima kerja semakin besar dikarenakan adanya program 'pernikahan massal' antara pendidikan vokasi dan industri.