Di video itu saya yang mewawancarainya. Akan disiarkan beberapa hari lagi.
Atau mungkin tidak akan pernah disiarkan.
Tergantung.
”Tergantung apa?” tanyanya.
"Tergantung Ensterna bisa beroperasi atau tidak,” jawab saya sambil bercanda.
PT Ensterna Indonesia adalah perusahaan baru. Yudiu-lah Dirutnya. Itu bergerak di bidang irradiasi. Atau sterilisasi. Untuk produk apa saja. Bisa buah, alat kesehatan, pakaian, sampai makanan dan minuman.
Investasinya hampir Rp 200 miliar.
Tiba-tiba ada Covid-19. Terhambat luar biasa --mestinya. Tenaga ahli dari luar negeri tidak bisa ke Indonesia. Padahal mesin-mesin sudah tiba di lokasi pabrik: di kompleks industri Tambak Langon Surabaya.
Saya tidak paham cara kerja mesin itu. Pun setelah dijelaskan. Sebagai ”anak TK” di bidang itu saya punya pemahaman sendiri: itulah mesin pembuat petir --sekaligus penipu petir.
Lihat sendiri saja videonya nanti --jalau jadi disiarkan.
Syarat agar video itu disiarkan adalah: kalau pabrik Ensterna sudah beroperasi.
Mestinya seminggu lagi: 4 Juli 2020 --bersamaan dengan hari ulang tahun Amerika: negeri yang membuatnya bisa beli sepatu pertama. Juga negeri yang membuatnya menjadi doktor ahli nuklir.
Tapi ada Covid-19. Para ahli luar negeri tidak bisa datang.
”Anda kan lebih ahli dari mereka,” kata saya.
Betul. Tapi mesin ini tiba tanpa petunjuk apa-apa. Ada rahasia pabrik mesin di situ. Petunjuk itu baru akan diberikan kelak --setelah mesin diserahterimakan dalam kondisi beroperasi.
Tapi kapan Covid-19 ini berakhir? Akankah investasi begitu besar harus kalah dari Covid? Bagaimana kewajiban terhadap banknya nanti?