Oleh: Dahlan Iskan
Setelah tiga bulan mati angin, he is back. Itulah Donald Trump --yang lagi berjudi dengan taruhan besar di Oklahoma.
Begitu panjang periode mati angin itu. Sejak Covid-19 mewabah di Amerika. Tidak hanya mati angin, Trump juga mati langkah.
Sejak itu setiap Trump melontarkan pernyataan selalu bikin heboh --karena salah. Pun setiap kali melakukan sesuatu --dianggap salah.
Ingat kan ucapannya ini: tidak mungkin virus masuk Amerika. Dan ketika akhirnya mewabah ia masih bilang: lebih ringan dari flu tahunan.
Ketika ternyata lebih parah dari itu ia bilang: sudah ditemukan obatnya. Yang akan langsung mengubah keadaan. Ternyata itu obat malaria --salah lagi.
Dan ketika yang meninggal mendekati 100.000 ia mengatakan perlunya dicoba ini: cairan pembersih lantai diinjeksikan ke tubuh.
Masih banyak mati angin lainnya. Tanpa ditulis di sini pun Anda sudah hafal.
Belum cukup. Semua pihak juga sudah ia jadikan kambing hitam --kecuali dirinya sendiri. Tidak usahlah daftar kambing itu ditulis di sini --terlalu panjang.
Terjadi pula pukulan terakhir: tewasnya George Floyd itu. Yang menimbulkan protes besar, nyaris di seluruh negeri. Sampai di sini Trump tidak hanya mati angin tapi sudah terpojok.
Pojokan itu pun kian sempit.
Trump tersudutkan.
Posisi Trump kian menuju pilihan: hidup atau mati --secara politik.
Maka keluarlah watak asli Trump: melawan. Bukan 10 kali tapi 100 kali lebih keras.
Melawan Tiongkok? Agar ratingnya naik lagi?