Miris, Pendangkalan Muara Sungai Cenang Tegal Terjadi Hampir 5 Tahun

Miris, Pendangkalan Muara Sungai Cenang Tegal Terjadi Hampir 5 Tahun

DANGKAL- Muara Sungai Cenang Kabupaten Tegal tampak dangkal dan menyulitkan nelayan tradisional menyandarkan kapalnya.-Istimewa-Radartegal.disway.id

SURADADI, radartegal.com– Pendangkalan muara Sungai Cenang Kabupaten Tegal ternyata sudah terjadi lama. 

Selama hampir lima tahun terakhir, nelayan tradisional di Desa Suradadi Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal yang menyandarkan perahunya di muara Sungai Cenang mengeluhkan pendangkalan yang terjadi. 

Nelayan harus menunda keberangkatan hingga air laut pasang karena berisiko kandas saat melewati alur sungai yang dangkal dengan kedalaman terendah kurang dari 20 sentimeter.

Pendangkalan sungai yang sudah terjadi sejak lima tahun lalu dibenarkan Dedy Susanto, nelayan asal Desa Suradadi. 

BACA JUGA: Alami Pendangkalan Parah, Muara Sungai Cenang Suradadi Kabupaten Tegal Butuh Normalisasi

BACA JUGA: Dewan Usul Sungai Cenang Dibuat Bendungan Guna Atasi Kekeringan di Pantura

Bahkan dalam lima bulan terakhir kondisinya semakin memburuk. 

Dia pun berharap pemerintah bisa segera merespon kondisi yang merugikan nelayan ini dengan melakukan normalisasi sungai dan perbaikan breakwater.

“Kami sangat berharap pemerintah bisa segera turun tangan, kasih solusi atas masalah serius ini supaya nelayan bisa beraktivitas dengan lancar karena memang mata pencaharian kami dari laut,” ujarnya.

Nelayan tak bisa berlayar selama 4 bulan

Hal senada juga disampaikan Ketua Kelompok Nelayan Barakuda Desa Suradadi Ahmad Riyadi yang menuturkan jika dirinya sudah tidak berlayar selama hampir empat bulan terakhir karena kapal miliknya tidak memungkinkan keluar masuk muara Sungai Cenang akibat pendangkalan.

BACA JUGA: Nelayan di Tegal Geruduk Gedung DPRD Sampaikan Sepuluh Tuntutan Ini

BACA JUGA: Lusa, 2.000 Nelayan di Tegal Gelar Demo Besar-besaran Tolak PIT

“Saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir 60 persen muara ini dipenuhi sedimen pasir sehingga kapal saya yang berukuran lebih dari 5 GT (gross tonage) tidak berani melalut karena akan memberatkan perahu nelayan lain yang sedang giliran keluar masuk muara dengan didorong secara manual,” kata Ahmad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: